Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen hingga akhir 2023.
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 20 dan 21 September 2023, BI kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa langkah tersebut merupakan konsistensi kebijakan untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran 2-4 persen.
Dia mengatakan, terdapat ruang penurunan suku bunga acuan ke depan seiring dengan laju inflasi di dalam negeri yang terjaga, tetapi kondisi global menurutnya masih sangat tidak menentu.
“Itu yang kemudian kebijakan suku bunga dipertahankan, fokusnya menstabilkan nilai tukar rupiah,” katanya, Kamis (22/9/2023).
Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman memandang bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di sisa tahun ini.
Baca Juga
Dari sisi eksternal, kata Faisal, the Fed mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun, setelah mempertahankan Fed Funds Rate (FFR) pada pertemuan FOMC September.
Sementara di sisi domestik, Faisal mengatakan bahwa tingkat inflasi Indonesia telah menurun dan saat ini berada dalam kisaran target 2-4 persen.
“Kami mempertahankan pandangan kami bahwa inflasi akan terus menurun dan tetap berada dalam kisaran target selama sisa 2023,” kaatanya.
Lebih lanjut, imbuhnya, meningkatnya risiko higher for longer menghadirkan kemungkinan prospek slower for longer di sisi ekonomi global. Hal ini dapat memicu harga komoditas yang lebih rendah dan berkurangnya permintaan sehingga berpotensi menyebabkan surplus perdagangan Indonesia terus menyusut.
Kinerja ekspor yang lebih lemah ini dapat menyebabkan melebarnya defisit neraca transaksi berjalan, berkurangnya cadangan devisa, hingga potensi kerentanan terhadap nilai tukar rupiah.
Sementara itu, Faisal memperkirakan tekanan terhadap nilai tukar rupiah akan mulai berkurang pada November, sejalan dengan puncak kenaikan suku bunga acuan global.
Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang tangguh dan kesehatan fiskal yang baik, dia menilai arus masuk modal asing akan meningkat, baik ke pasar saham, obligasi, maupun melalui investasi langsung, setelah suku bunga acuan global mencapai puncaknya.
“Perkiraan kami tetap, bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen hingga akhir 2023 untuk menjaga stabilitas,” katanya.
Senada, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz juga memperkirakan bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan.
“Kami melihat bahwa BI akan mengoptimalkan upayanya di pasar valas, dengan menggunakan instrumen-instrumen yang sudah ada maupun yang baru untuk menghadapi tantangan eksternal secara efektif,” katanya.
Adapun, instrumen yang baru-baru ini diperkenalkan BI, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), mendapatkan respons yang sangat positif dari investor.
Pada lelang awal pada 23 September, BI menerima penawaran sebesar Rp30 triliun, empat kali lipat lebih besar dari target. Selanjutnya, lelang kedua mencapai sekitar Rp16 triliun, tiga kali lipat dari target awal.
Meski demikian, Faiz menilai bahwa opsi untuk menyesuaikan suku bunga acuan tetap ada bagi BI jika volatilitas eksternal meningkat, untuk menjaga stabilitas rupiah.