Proyeksi Kredit BCA dan Bank BJB
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memproyeksikan penyaluran kredit akan tetap konservatif di 9% hingga 10% pada akhir tahun ini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memproyeksikan kenaikan suku bunga memang tidak akan secara langsung memberi dampak pada sejumlah segmen.
Menurutnya, untuk segmen kredit korporasi dendiri akan lebih tahan banting akan suku bunga dan bergantung pada kinerja bisnis.
"Maka untuk kredit modal kerja dan investasi, memang ada pengaruh dari interast rate, tapi itu tidak serta merta. Yang akan menentukan adalah kemampuan makroekonomi dan bisnis," ujar Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III/2023 pada Kamis (19/10/2023).
Meski BCA tidak membidik sektor tertentu untuk penyaluran kredit, lantaran pihaknya memilih untuk mengamati dan menganalisa kelayakan masing-masing debitur.
Direktur BCA Rudi Susanto mengatakan permintaan atas kredit dari sektor hilirisasi minerba per kuartal III-2023 mengalami kenaikan.
Baca Juga
"Ke depan masih ada kesempatan di sana [hilirisasi], juga sedang kami me-review di sektor pulp and paper, ada perluasan, moga-moga bisa terlaksana dalam dua kuartal ini," ucapnya.
Terakhir, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. alias Bank BJB (BJBR) pun ikut memproyeksikan bahwa pertumbuhan kredit akan optomis di kisaran 9-11% yoy hingga akhir tahun.
Direktur Komersial dan UMKM BJBR Nancy Adistyasari mengatakan pihaknya akan menggenjot kredit konsumer, korporasi hingga komersial.
“Karena setelah berlalunya Covid-19 maka dengan [pulihya] petumbuhan ekonomi, membuat banyak proyek pembangunan dan modal kerja akan mulai tumbuh di 2023 dan 2024,” katanya dalam paparan kinerja kuartal III, Selasa (31/10/2023).
Pihaknya juga akan menggenjot segmen UMKM. Bahkan, khusus UMKM, BJBR memproyeksikan dapat menembus dobel digit hingga 20%. Hal ini lantaran strategi yang perusahaan gunakan, yakni penyaluran secara langsung ke penerima kredit dan bekerja sama dengan lembaga pembiayaan melalui konsep channeling.