Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) telah menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) III atau rights issue dengan menerbitkan sebanyak 9,48 miliar saham. Di tengah aksi rights issue tersebut, harga saham BMAS terpantau jeblok dan dipantau Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan data RTI Business, harga saham BMAS dalam tren merosot dan berada di zona marah secara beruntun dalam sepekan hingga perdagangan Selasa (14/11/2023). Harga saham BMAS turun 14,29% pada penutupan perdagangan Selasa dan terparkir di level Rp690. Adapun, sepekan sebelumnya harga saham BMAS sempat mencapai level Rp995.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (15/11/2023) saham BMAS sebenarnya berhasil menguat. Tercatat harga saham BMAS naik 15% ke level Rp690. Namun, dalam sepekan harga saham BMAS masih turun 28,5%. Sementara sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd), harga saham BMAS turun 36,7%.
Bursa pun melakukan pemantauan atas volatilitas harga saham BMAS ini.
"Dalam rangka perlindungan investor, dengan ini kami menginformasikan bahwa telah terjadi penurunan harga saham BMAS di luar kebiasaan [unusual market activity]," tulis surat dari BEI yang ditandatangani P.H Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Endra Febri Styawan dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Pande Made Kusuma Ari A., pada Rabu (15/11/2023).
Meski begitu, bursa menjelaskan bahwa pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Baca Juga
Bank Maspion pun memberikan jawaban ke bursa atas volatilitas transaksi itu.
"Perseroan tidak mengetahui adanya informasi penting lainnya yang material dan dapat memengaruhi harga efek perseroan serta kelangsungan hidup perseroan yang belum diungkapkan kepada publik," demikian jawaban BMAS yang ditandatangani Direktur Utama Bank Maspion Kasemsri Charoensiddhi.
Dalam jawabannya, Bank Maspion pun menjelaskan bahwa perseroan tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu, selain aktivitas pengambilan bagian atas saham baru dalam rangka rights issue.
Terkait hal ini, Bank Maspion memang mengeksekusi rights issue sebanyak 9,48 miliar saham pada periode perdagangan 3 November 2023 hingga 9 November 2023. Pemilik BMAS, yakni korporasi keuangan asal Thailand Kasikorn Bank atau KBank pun turut serta dalam rights issue tersebut.
Berdasarkan keterbukaan informasi, KBank menjalankan transaksi pengambilan bagian saham di rights issue BMAS sebanyak 6,41 miliar pada 9 November 2023. Masing-masing transaksi pengambilan bagian saham rights issue itu dilakukan melalui Kasikorn Vision Financial Company Pte. Ltd (KVF) 6,23 miliar saham dan PT Kasikorn Vision Financial Indonesia (KVFI) 181,02 juta saham.
Alhasil, kepemilikan saham KBank melalui KVF dan KVFI di Bank Maspion makin tebal. Jumlah saham yang dimiliki KBank baik langsung dan tak langsung di BMAS sebelum transaksi mencapai 5,83 miliar lembar dengan porsi 67,68%.
Lalu, setelah transaksi, kepemilikan saham KBank baik langsung maupun tak langsung menjadi 12,25 miliar dengan porsi 81,44%.