Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Tokio Marine Indonesia menyebut memacu ekuitas perusahaan untuk kebutuhan sendiri dibandingkan mengambil peran sebagai holding asuransi kecil dalam Kelompok Usaha Perasuransian (KUPA).
Sebagaimana diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuka opsi melalui pembentukan KUPA yang merupakan bagian dari kebijakan konsolidasi regulator di industri perasuransian, di samping kebijakan peningkatan ekuitas industri perasuransian.
KUPA sendiri menjadi salah satu kebijakan konsolidasi jalan keluar bagi perusahaan asuransi atau reasuransi yang tidak dapat memenuhi ekuitas minimum per 31 Desember 2028.
Presiden Direktur Tokio Marine Indonesia Sancoyo Setiabudi mengatakan perusahaan condong untuk menjadi perusahaan independen dan berkomitmen melayani segmen korporasi dan ritel.
“Dan kecenderungan kita adalah, kita lebih baik independen. Kita tidak membentuk [KUPA], bergabung dengan induk KUPA. Tapi, lebih memilih untuk menaikkan equity kita,” kata Sancoyo dalam Media Gathering di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Baca Juga
Sancoyo menuturkan bahwa permodalan Tokio Marine Indonesia juga terjaga karena dimiliki oleh asuransi rakasasa Jepang, Tokio Marine Asia Pte Ltd.
“Karena kami juga mengandalkan dukungan dari holding. Jadi, Tokio Marine bukan cuma yang tertua di Jepang, tapi yang terbesar. Jadi, kalau permodalan, saya pikir kita tidak terlalu khawatir,” ungkapnya.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Tokio Marine Indonesia memiliki total ekuitas senilai Rp1,49 triliun per 31 Oktober 2023. Sementara itu, total liabilitas yang ditanggung perusahaan mencapai Rp4,58 triliun.
Dari sana, Tokio Marine Indonesia mengantongi total aset senilai Rp6,07 triliun pada periode tersebut. Aset yang berasal dari jumlah investasi Rp2,36 triliun dan jumlah bukan investasi senilai Rp3,72 triliun.
Per 31 Oktober 2023, premi bruto yang direngkuh Asuransi Tokio Marine Indonesia mencapai Rp1,58 triliun dan klaim bruto senilai Rp541,56 miliar.
Sementara itu, hasil underwriting perusahaan mencapai Rp579,02 miliar dan hasil investasi Rp89,93 miliar. Adapun, laba bersih yang dibukukan adalah Rp272,35 miliar per 31 Oktober 2023.
Dari sisi hasil underwriting, Sancoyo mengklaim bahwa selama lima tahun terakhir, yakni 2018–2022, Tokio Marine Indonesia menunjukkan pertumbuhan dengan CAGR selama lima tahun terakhir di atas pertumbuhan pasar yang mencapai di atas 13,1%.
Sancoyo mengatakan pada 2018, hasil underwriting perusahaan hanya mencapai Rp323 miliar, dan naik menjadi Rp396 miliar pada 2019. Di tahun berikutnya, kembali menguat menjadi Rp446 miliar.
Berikutnya, Tokio Marine Indonesia mencatat hasil underwriting mencapai Rp504 miliar pada 2021 dan pada tahun selanjutnya menjadi Rp529 miliar.
Dia menjelaskan bahwa pada dasarnya bisnis asuransi adalah menanggung kerugian dan proses akseptansi dari bisnis ini adalah perusahaan harus menilai potensi kerugian yang timbul dan dilakukan oleh underwriter.
“Jadi kami memperkuat proses underwriting kita, sehingga kami betul-betul bisa menilai risiko itu sebenarnya berapa besar, premi yang pantas untuk risiko itu kira-kira berapa, jadi term and condition yang ditentukan sebelum mengambil potensial risk, maka proses underwritingya harus dijaga supaya benar,” ungkapnya.
Pasalnya, dengan melakukan risk selection dengan benar di depan, masa perusahaan asuransi bisa meminimalisir risiko klaim yang ada.
“Artinya, kalau ada klaim, itu risiko yang sudah kami perhitungkan. Bisnis asuransi itu taking risk, tapi kalau kita tidak menghitung risiko, maka potensi hasil underwriting bisa negatif,” ujarnya.
Untuk itu, dia menekankan bahwa kunci untuk mempertahankan bisnis asuransi adalah dengan memperhatikan proses underwriting asuransi agar hasil underwriting juga dapat bagus.