Bisnis.com, JAKARTA –Harga saham emiten bank digital seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) kompak sedang dalam tren penguatan, setidaknya dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham ARTO naik 3,12% pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (14/12/2023) dan terparkir di level Rp3.300. Dalam sepekan harga saham ARTO naik 10%.
Harga saham BBHI juga naik 2,14% dalam 24 jam terakhir menjadi ke level Rp1.435 pada penutupan perdagangan hari ini. Dalam sepekan terakhir, harga saham BBHI pun naik 6,3%.
Sementara harga saham PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) naik 7,45% pada penutupan perdagangan hari ini, ditutup di level Rp346. Harga saham AGRO juga naik 16,11% dalam sepekan.
Bahkan harga saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) naik 14,62% ditutup di level Rp486. Dalam sepekan harga saham BBYB melonjak 39,66%.
Bagi ARTO, naiknya harga saham akhir-akhir ini terjadi seiring dengan hiruk pikuk kolaborasi TikTok-GOTO. Adapun, GOTO merupakan pemegang saham ARTO lewat PT Dompet Karya Anak Bangsa dengan porsi kepemilikan 21,4%.
Baca Juga
Dilansir dari Bloomberg, J.P Morgan menilai kesepakatan antara GOTO dan TikTok telah membangun optimisme signifikan untuk ARTO. Berdasarkan konsensus analis Bloomberg Rabu (13/12/2023), 11 dari 17 analis yang mengulas saham ARTO masih menyematkan rekomendasi beli. Sisanya, 4 analis hold dan 2 analis jual.
Meski begitu, sepanjang tahun berjalan atau secara year to date (ytd), harga saham ARTO hingga BBHI tetap kompak di zona merah. Harga saham ARTO turun 11,29% ytd, BBHI turun 18,7% ytd, BBYB turun 24,65% ytd, dan AGRO turun 14,36% ytd.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan harga saham bank digital masih turun dan masih negatif karena sejumlah faktor.
"Jelas, valuasi kurang menarik sehingga sahamnya turun," katanya kepada Bisnis pada Kamis (14/12/2023).
Selain itu, bank digital kalah persaingan dengan emiten bank lain terutama big caps yang memiliki fundamental serta valuasi jauh lebih menarik.
"Investor lebih milih investasi ke saham perbankan besar dibandingkan bank digital," ujarnya.
Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta juga mengatakan bank digital masih perlu berjuang keras dalam menghadapi persaingan yang ketat. Apalagi, mengingat bank jumbo atau big caps terus mengoptimalkan digitalisasi dalam menawarkan produk hingga layanannya secara digital.
“Untuk likuiditas relatif bank KBMI IV ini masih unggul, bahkan rasio kredit bermasalah nonperforming loan masih rendah jika dibanding bank digital. Apalagi bank KBMI IV itu punya mitigasi risiko yang sudah diterapkan dengan baik dan efektif,” ujarnya kepada Bisnis, bulan lalu (14/11/2023).