Bisnis.com, JAKARTA— PT Perta Life Insurance (PertaLife Insurance) optimistis mencapai pertumbuhan premi pada 2024. Direktur Utama PertaLife Insurance Hanindio W. Hadi menyebutkan bahwa premi ditargetkan tumbuh 26% dari prognosa tahun 2023.
“Secara moderat, pertumbuhan premi PertaLife Insurance pada 2024 ditargetkan meningkat 26% dari prognosa tahun 2023,” kata Hanindio kepada Bisnis, Rabu (13/12/2023).
Hanindio berharap target pertumbuhan premi tersebut bisa diraih melalui beberapa produk unggulan perseroan di antaranya asuransi kesehatan, program proteksi kecelakaan kerja, program pesangon, kompensasi, pensiun, dan program jaminan kematian seumur hidup, serta melalui perluasan produk syariah oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PertaLife. Pola penjualan pun akan mulai digenjot secara digital disamping tradisional.
“Ada beberapa skenario yang telah disusun, dan penerapannya akan bergerak menyesuaikan sikon,” ungkap Hanindio.
Selain itu, PertaLife juga berharap dengan strategi tersebut bisa memperbesar ceruk pasar non captive perseroan. Targetnya mencapai 48% pada 2024, di mana saat ini pasar non captive yang sudah dikelola sebesar 35%.
Adapun sisanya sebesar 52% diharapkan berasal dari captive market yang berkembang melalui sinergi antar Group Pertamina dan PT Timah tbk sebagai pemilik.
Baca Juga
“Sampai dengan saat ini, PertaLife Insurance baru mengelola kurang dari 10% dari pangsa pasar yang ada di captive market. Pada 2024, PertaLife Insurance akan terus berupaya untuk dapat memperbesar bisnis dari entitas holding maupun subholding terutama di lingkungan PT Pertamina,” ungkap Hanindio.
Dikutip dari laporan keuangan bulanan PertaLife Insurance pada November 2023, perseroan mencatatkan pendapatan premi sebanyak Rp625 miliar. Angka tersebut sedikit menurun 2,04% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp637 miliar.
Sementara itu, dari total pendapatan mencapai Rp768 miliar atau naik 4,63% dibandingkan dengan sebelumnya yakni Rp734 miliar. Laba perusahaan mencapai Rp47 miliar atau turun 14,5% dibandingkan Rp55 miliar pada November 2022.
Hal tersebut tampaknya didorong jumlah beban yang meningkat 5,9% menjadi Rp715 miliar dari sebelumnya Rp675 miliar. Dari sisi liabilitas yang ditanggung mencapai Rp2,15 triliun pada November 2023. Angka tersebut meningkat 11,5% dibandingkan dengan November 2022 yakni Rp1,92 triliun.
Sementara jumlah ekuitas perusahaan mencapai Rp465 miliar atau meningkat 15% dari Rp404 miliar pada November 2022. Jumlah aset perusahaan mencapai Rp2,61 triliun, atau meningkat 12,1% dibandingkan Rp2,3 triliun pada November 2022.
Tingkat kesehatan menurut Risk Based Capital (RBC) mencapai 271% atau meningkat dibandingkan 254,70% pada November 2022. Tingkat RBC tersebut masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 120%.