Bisnis.com, JAKARTA— PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) optimistis bahwa seluruh bisnis perusahaan akan tumbuh, kecuali premi pada tahun depan.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan pihaknya akan memperketat perolehan premi pada tahun depan. Hal tersebut lantaran perseroan ingin lebih berhati-hati dalam mengelola risiko dan menempatkan bisnis. Diketahui apabila preminya tinggi, potensi klaimnya juga bisa lebih tinggi.
“Premi itu bukan sengaja kami turunkan tapi ini beda. Namun memang kami lebih berhati-hati menempatkan bisnis, kami lebih selektif mendapatkan bisnis,” kata Benny dalam Media Gathering di Bandung, Jumat (15/12/2023).
Strategi tersebut menurut Benny sudah dilakukan Indonesia Re pada tahun ini. Namun memang justru premi perseroan meningkat karena beberapa hal pada 2023.
“Tapi secara kriteria lebih selektif,” ungkapnya.
Adapun pertumbuhan tersebut, salah satunya lantaran ada perusahaan reasuransi yang berhenti beroperasi pada tahun lalu. Untuk mendukung industri, Indonesia Re mendapatkan tugas menerima perpindahan treaty sekitar 14 perusahaan asuransi.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan Indonesia Re pada November 2023, perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi sebanyak Rp5,67 triliun.
Angka tersebut tumbuh 5,47% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp5,38 triliun.
Tidak hanya memperketat premi, Indonesia Re juga akan kembali mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp1 triliun yang berasal dari dana cadangan investasi pemerintah pada 2024.
Selain itu, Indonesia Re juga membuka kemungkinan untuk mengajukan subordinated loan kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan menjalin kerja sama dengan strategic investor. Dana tersebut nantinya akan diprioritaskan untuk penambahan modal terutama menjaga solvabilitas perseroan.
Diketahui tingkat solvabilitas perseroan dilihat dari Risk Based Capital (RBC) mencapai 134,55% pada November 2023. Angka tersebut naik dibandingkan posisi Maret 2023 yang hanya 121%, di mana mendekati ambang batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 120%.
Awalnya Indonesia Re ingin menargetkan RBC sebanyak 200% dengan asumsi mendapatkan PMN Rp1 triliun pada 2023. Namun ternyata perseroan belum mendapatkan tambahan modal tersebut.