“Kami memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga kebijakan saat ini hingga The Fed mengalami pergeseran dalam sikap kebijakannya, yang kami perkirakan paling cepat terjadi pada paruh kedua 2024,” katanya.
Namun demikian, menurut Faiz, ruang BI untuk menurunkan suku bunga tahun depan mungkin tidak seluas the Fed. Hal ini mengingat proyeksi tren defisit transaksi berjalan yang melebar.
“BI akan secara bertahap menormalkan spread antara FFR [Fed Funds Rate] dan BI rate, mulai tahun 2024 dan seterusnya,” jelasnya.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky berpendapat, pemilihan waktu untuk menurunkan suku bunga menjadi krusial bagi BI.
Pasalnya, Riefky mengatakan, era higher for longer kemungkinan akan berlanjut meski the Fed mengindikasikan adanya potensi penurunan suku bunga acuannya tahun depan.
Baca Juga
Di sisi lain, suku bunga acuan BI yang saat ini berada pada titik tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir memang memberikan BI ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga pada 2024.
Meski demikian, Riefky menilai bahwa BI perlu tetap waspada, terutama terhadap langkah yang akan diambil The Fed tahun depan.
“Menurunkan tingkat suku bunga terlalu dini berpotensi memicu arus modal keluar dan mendorong pelemahan rupiah, sedangkan terlambat menurunkan suku bunga acuan dapat menekan daya beli masyarakat dan menghambat pertumbuhan sektor riil,” katanya.
BI juga, imbuhnya, perlu memperhatikan risiko dari sisi tekanan inflasi akibat periode Pemilu dan berlanjutnya El-Nino dan penurunan arus perdagangan seiring berlanjutnya pelemahan permintaan global dan potensi arus modal keluar akibat ketidakpastian ekonomi global dan tensi geopolitik.