Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simpanan Duit Nasabah di Bank RI Melambat, Ini Biang Keroknya

Salah satu alasan penurunan simpanan nasabah di bank adalah high base effect DPK tahun 2022 alias pertumbuhan DPK yang tinggi pada masa pandemi.
Nasabah mencari informasi simpanan di kantor cabang Bank Raya yang merupakan bank peserta penjaminan LPS di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Nasabah mencari informasi simpanan di kantor cabang Bank Raya yang merupakan bank peserta penjaminan LPS di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat capaian Dana Pihak Ketiga Bank Umum per September 2023 tumbuh yaitu sebesar Rp8.147,17 triliun, menanjak sekitar 6,54% secara tahunan. Namun, pertumbuhan ini sedikit melambat dari tahun sebelumnya sebesar 6,77% (yoy).

 Ada sejumlah alasan mengapa simpanan nasabah perlambatan, salah satunya karena dipengaruhi oleh high base effect DPK tahun 2022 alias pertumbuhan DPK yang tinggi pada masa pandemi.

“Terbatasnya konsumsi masyarakat, misalnya berkurangnya belanja untuk kebutuhan sandang, transportasi, dan wisata dan tingginya surplus di beberapa perusahaan korporasi,” demikian laporan OJK yang dikutip Bisnis, Jumat (29/12/2023). 

Lalu, perlambatan ini berlanjut seiring dengan penyesuaian status pandemi menjadi endemi konsumsi masyarakat pun makin meningkat. Kemudian, perlambatan DPK juga seiring peralihan arus dana non-residen ke luar seiring tingginya suku bunga global, serta dampak dari instrumen alternatif penempatan dana selain DPK yang semakin atraktif. 

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menyebut perlambatan DPK, lantaran dipengaruhi kebijakan moneter, dia pun menyebut pertumbuhan DPK diprediksi akan lebih tinggi di tahun depan. 

“Kalau Bank Indonesia pada 2024 sudah melakukan pelonggaran suku bunga, maka pertumbuhan DPK akan naik lagi. Penyaluran kredit akan lebih tinggi, ketika kredit disalurkan itu pasti balik lagi akan jadi DPK. Kredit itu menciptakan DPK,” ujarnya di Wisma Bisnis Indonesia Rabu (27/12/2023).

Lebih rinci, berdasarkan jenis usaha, DPK tercatat melambat pada Bank Umum Syariah yang tumbuh 6,04% (yoy) setelah tahun sebelumnya tumbuh sebesar 19,54% (yoy). Di sisi lain, DPK pada Bank Umum Konvensional cenderung meningkat jika dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh dari 6,13% (yoy) menjadi 6,56% (yoy). 

Perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada komponen giro dan tabungan yang tercatat tumbuh masing-masing 9,84% (yoy) dan 2,03% (yoy), melambat dari tahun lalu sebesar 13,52% (yoy) dan 10,05% (yoy). 

Di sisi lain, deposito yang merupakan komponen DPK dengan porsi terbesar (38,04%) tumbuh 7,91% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi -0,47% (yoy), seiring dengan peningkatan tren suku bunga deposito sejak setengah tahun terakhir.

Kendati demikian, kondisi likuiditas bank umum saat ini masih cukup memadai sebagaimana tecermin dari rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 115,37% dan 25,83% masih jauh di atas threshold. 

Tingkat permodalan juga cukup solid dengan CAR sebesar 27,33% yang utamanya ditopang perbaikan tingkat rentabilitas (ROA) yang antara lain karena membaiknya tingkat efisiensi perbankan. 

Risiko kredit juga terpantau membaik dengan rasio NPL gross dan NPL net yang menurun dan relatif stabil masing-masing menjadi 2,43% dan 0,77%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper