Bisnis.com, JAKARTA -- Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Emilya Tjahjadi mengundurkan diri dari jabatannya. Dia juga telah mengajukan surat pengunduran dirinya kepada bank per 1 Februari 2024.
Berdasarkan keterbukaan informasi, mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik (POJK 33/2014) disebutkan perseroan menerima permohonan pengunduran diri tersebut.
“Selanjutnya untuk memenuhi POJK 33/2014, permohonan pengunduran diri Ibu Emilya Tjahjadi dari jabatannya akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan terdekat,” tulis Direktur Lili S. Budiana yang dikutip Minggu, (4/2/2024).
Melansir dari situs resmi OCBC, Emilya Tjahjadi adalah lulusan Bachelor of Science dalam bidang Bisnis Administrasi, University of Southern California, Los Angeles, USA pada 1990. Kemudian, dirinya melanjutkan pendidikan dalam Executive Program, Columbia Business School USA pada 2019.
Sebelumnya, dia telah malang-melintang sebagai bankir, misalnya dia telah meniti karier sejak 1991 sebagai Senior Relationship Manager of Corporate Banking, Standard Chartered Group, Jakarta dan Singapura hingga 1996.
Kemudian, mulai 1996 hingga 2002, Emily sempat menjabat sebagai Direktur Corporate Banking, American Express Bank Ltd., Jakarta. Lalu, pada 2003 dia pernah menduduki posisi SVP dan Head Commercial Banking MME, HSBC Bank Ltd, Jakarta hingga 2009.
Baca Juga
Tak berhenti sampai disitu, Emily pun ditunjuk menjadi Direktur Bank OCBC Indonesia pada 2009 sampai 2010. Lalu, selang satu tahun, dia menjadi Senior Corporate Executive, Bank OCBC NISP.
Adapun, terkait riwayat penunjukannnya sebagai Direktur NISP sendiri efektif sejak 13 Mei 2011. . Lalu, dirinya kembali diangkat pada 2014, 2017, 2020 sampai 2023.
Sebagaimana diketahui, OCBC Indonesia ini telah membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp4,09 triliun sepanjang 2023, naik 23% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan perolehan laba pada 2022 sebesar Rp3,32 triliun.
Perolehan laba bank terdorong oleh raupan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp9,91 triliun pada 2023, naik 13% yoy. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank pun naik dari 4% pada 2022 menjadi 4,4% pada 2023.
Adapun, rasio profitabilitas bank kian menanjak. Tercatat, tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) NISP naik dari 1,9% pada 2022 menjadi 2,1% pada 2023. Tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) juga naik dari 10,5% menjadi 12%.
Dari sisi intermediasi, NISP telah menyalurkan kredit Rp154 triliun, naik 12% yoy. Aset bank pun naik 5% yoy menjadi Rp250 triliun.
Kualitas aset bank pun terjaga, di mana rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross di level 1,6% pada 2023, turun dari posisi 2,4% pada 2022. NPL nett juga susut dari 1% ke level 0,6%.
Dari sisi pendanaan, OCBC Indonesia telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp182 triliun, naik 3% yoy. NISP mencatatkan rasio dana murah (current account saving account/CASA) sebesar 55,8%. Sementara itu, jumlah dana tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 14,6% yoy.
Selain itu, kinerja keuangan bank ditopang oleh permodalan dilihat dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) NISP di angka 23,7%. Sementara likuiditas bank dilihat dari liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 206,2%, di atas ketentuan regulator.