Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memproyeksikan perbankan Tanah Air akan mendapatkan keuntungan besar seiring dengan adanya kebijakan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral tahun ini.
Head Macroeconomic and Fin. Market Research Economic Research PermataBank Faisal Rachman menyebut, hal ini akan menjadi momentum yang baik untuk kinerja bisnis perbankan, utamanya dalam intermediasi.
Hal tersebut lantaran terdorong beberapa faktor. Pertama, ketidakpastian politik dan pemilu yang sudah pasti hilang. Kedua, ruang pemotongan suku bunga yang makin terbuka pada semester II/2024.
“Ditambah ekonomi Indonesia cukup resilient karena sumber domestik yang cukup bagus,” ujarnya dalam Economic Review 2024 yang dikutip Kamis (8/2/2024).
Menurutnya, ketiga faktor tersebut otomatis akan membuat pertumbuhan kredit mampu mencapai dobel digit, dengan kisaran pertumbuhan 10-11% pada 2024.
Bahkan, kata Faisal, meski saat ini suku bunga global masih belum melandai, sejauh ini industri perbankan Indonesia masih relatif stabil dalam hal likuiditas dan penyaluran kredit. Bank Indonesia (BI) melaporkan pertumbuhan kredit perbankan pada 2023 mencapai 10,38% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Baca Juga
Dalam perbandingan dengan negara lain yang mungkin menghadapi inflasi tinggi, Faisal memandang Indonesia diuntungkan dengan kebijakan makroprudensial yang longgar dari BI, yang menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan.
Terakhir, dirinya juga menyinggung bahwa dari sisi dana pihak ketiga (DPK) kemungkinan pertumbuhannya akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan pemilu yang akan berlangsung pada semester I/2024.
“Ini berarti pemerintah akan belanja dan money supply akan bertambah, jadi dari sisi DPK akan membaik,” tuturnya.