Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mulai menyiapkan sejumlah langkah antisipasi menangkal kredit berisiko seiring dengan berakhirnya restrukturisasi kredit Covid-19 pada Maret 2024
Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo menyebut tahun ini perseroan akan menurunkan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan) di bawah 3% pada 2024. Pihaknya juga menyinggung soal BUMN Karya.
“Untuk perbaikan NPL, kita tidak ada yang khusus untuk BUMN Karya. Dan portofolio di BTN untuk Karya Grup kan memang tidak dominan,” ujarnya pada Bisnis, Senin (12/2/2024).
Sebagaimana diketahui, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BTN berada di level 3,01%, susut 37 basis poin (bps) dari level 3,38%. Sedangkan NPL nett BTN tercatat stabil di level 1,32% sepanjang 2023.
Menurutnya, ada sejumlah cara yang membuat NPL perseroan agar mampu mengalami penurunan. Pertama, formulasi dari NPL baru yang sudah sangat menurun dibanding beberapa tahun lalu.
Dia menyebut itu artinya perubahan bisnis dan proses pengkreditan yang makin baik, sehingga membuat booking kredit baru, di segmen konsumer, komersial, korporasi maupun UKM makin membaik kualitasnya sejak 2020.
Baca Juga
“Pembentukan NPL baru lebih baik,” ucapnya.
Kedua, dengan penyelesaian NPL lama dan restrukturisasi Covid-19, di mana pihaknya mengantisipasi dengan memperkuat unit terkait dengan collection dan recovery.
“Jadi, tahun lalu kita sudah membaginya dalam dua divisi khusus untuk penyelesaian restrukturisasi, ada unit collection yang menangani bucket tunggakan di awal-awal, di mana debitur sekali dua kali menunggak,” katanya.
Lebih lanjut, ada satu divisi khusus untuk menangani tunggakan lebih dari tiga kali, adapun untuk kasus ini, maka strategi BTN sendiri dengan penyelesaian maupun penjualan aset.
“Dengan pembagian tugas ini harapannya dari sisi collection akan lebih efektif, dan dari sisi recovery lebih baik dari sisi penjualannya,” ucapnya.
Bahkan, dia menyebut perseroan akan terus mengoptimalkan sistem dan platform terkait collection dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence), yang pada akhirnya mampu mengefisiensikan proses bisnis BTN untuk membuat debitur lebih awal dalam membayar.
Tercatat, BTN membukukan laba bersih Rp3,5 triliun sepanjang 2023 atau naik 14,97% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Dari sisi intermediasi, BTN telah menyalurkan kredit sebesar Rp296,58 triliun pada 2023, tumbuh 11,22% dari sebelumnya Rp266,66 triliun pada 2022. Kemudian pembiayaan syariah BTN sebesar Rp37,11 triliun sepanjang 2023, naik 17,36% dari sebelumnya Rp31,62 triliun. Alhasil, secara total kredit dan pembiayaan BTN menjadi Rp333,7 triliun, naik 11,87% yoy.
Dengan adanya kenaikan pembiayaan dan kredit, membuat aset bank pelat merah ini pun ikut terkerek naik 9,1% yoy menjadi Rp438,75 triliun dibanding sebelumnya Rp302,15 triliun.
Di sisi lain, dari segi pendanaan, BTN meraup dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp349,93 triliun, naik 8,7%, dari sebelumnya Rp321,94 pada 2022. Dana murah atau current account savings account (CASA) BTN sebesar Rp188 triliun sepanjang 2023, tumbuh 20,36% dari sebelumnya Rp156,2 triliun atau porsinya mencapai 53,73% dari total DPK.