Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai industri keuangan Indonesia saat ini tak dalam periode wait and see seperti yang kerap didengungkan sebelum Pemilu 2024. Bahkan, dirinya menyebut sektor keuangan Tanah Air kuat dan stabil.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyebut saat ini Indonesia telah melaksanakan pesta demokrasi dengan dua hingga 4,8 juta pemilih. Bahkan, 164 juta pemilih ini jauh lebih besar daripada jumlah pemilih Pilpres di negara manapun.
“Dengan begitu Indonesia bukan negara demokrasi ketiga terbesar, tapi presidential terbesar di dunia. Bila di Indonesia dilakukan secara terbuka dan langsung, sementara Amerika Serikat ditentukan lembaga bernama electoral college,” ujarnya dalam Pertemuan Tahuan Industri Jasa Keuangan 2024, Selasa (20/2/2024)
Menurutnya, dangan Pemilu 2024 yang berlangsung secara terbuka dan langsung, ini menjadi modalitas pembangunan dan stabillitas indusri jasa keuangan Indonesia tidak dalam periode wait and see.
Lebih lanjut, kata Mahendra, perekonomian dunia 2024 diawali optimisme pasar bahwa berbagai kebijakan telah menurunkan ketidakpastian sehingga perekekomian global diperkirakan terhindar resesi
"Namun, dowside risk terutama beban pinjaman dan utang, lemahnya permintaan dan divergensi selan itu faktor resiko geopolitik dan potensi kebijakan politik dari berbagai pemilu menjadikan unknown variable akibatnya proyeksi pertumbuhan diperkirkan lambat," ucapnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Mahendra menyebut sektor jasa keuangan tumbuh positif ditopong permodalan kuat likuiditas memadai dan profil risiko terjaga dari intermediasi kredit dan piutang pembiayaan tumbuh dobel digit Sementara, penghimpunan dana di pasar modal melampaui Rp200 triliun
"Jumlah emiten rekor tertinggi dibanding neara kawasan minat investor jumlah investor tumbuh lima kali lipat," ujarnya