Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memproyeksi premi asuransi kesehatan akan mengalami peningkatan seiring dengan klaim kesehatan yang meningkat tajam sepanjang 2023.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan bahwa perusahaan asuransi jiwa harus bersiap menyesuaikan premi asuransi kesehatan.
“Karena klaim kesehatan mengalami peningkatan yang signifikan, maka perusahaan asuransi jiwa mau nggak mau akan menyesuaikan premi kesehatannya,” kata Togar kepada Bisnis, Rabu (28/2/2024).
Berdasarkan data AAJI, klaim kesehatan terus mengalami peningkatan cukup tinggi, yakni melonjak 24,9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angkanya naik dari Rp16,68 triliun pada 2022 menjadi Rp20,83 triliun pada 2023.
Dari total klaim kesehatan senilai Rp20,83 triliun yang dibayar industri itu, rata-rata klaim kesehatan mencapai Rp5,2 juta setiap penerima manfaat pada 2023.
Peningkatan klaim kesehatan paling banyak terjadi pada kelompok perorangan yang naik 25,9% yoy dari Rp10,64 triliun menjadi Rp13,40 triliun. Sementara itu, kelompok kumpulan juga mengalami kenaikan klaim menyentuh 23,2% yoy menjadi Rp7,44 triliun dari sebelumnya Rp6,04 triliun.
Baca Juga
Sebelumnya, Ketua Bidang Literasi dan Pelindungan Konsumen AAJI Freddy Thamrin menuturkan bahwa nilai klaim kesehatan lebih tinggi dibandingkan klaim meninggal dunia sejak 2022.
Secara khusus, AAJI menyoroti terjadinya peningkatan klaim asuransi kesehatan karena mengalami peningkatan yang cukup besar.
AAJI mengungkap faktor utama kenaikan klaim kesehatan adalah inflasi medis yang tinggi. Faktor ini meliputi harga fasilitas kesehatan, biaya perawatan rumah sakit, termasuk biaya pelayanan. Begitu pun dengan obat dan berbagai tes kesehatan yang meningkat.
“Faktor lainnya adalah perubahan iklim yang menyebabkan orang banyak yang sakit dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang optimal. Namun demikian, kami memandang hal tersebut perlu ditanggulangi,” tandasnya.