Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Era Suku Bunga Tinggi Berakhir, Kinerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) Diprediksi Membaik

Kinerja BPD diprediksi membaik pada tahun 2024 setelah melambat pada tahun lalu, seiring dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan.
Kantor pusat Bank Jateng di Semarang./Istimewa
Kantor pusat Bank Jateng di Semarang./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja laba Bank Pembangunan Daerah (BPD) masih terpantau lesu pada 2023. Lantas, seperti apa proyeksi kinerja tahun ini seiring dengan adanya sinyal pemangkasan suku bunga?

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan, laba BPD menyentuh Rp14,52 triliun pada 2023, merosot 5,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan laba pada tahun sebelumnya Rp15,3 triliun.  

Sekjen Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) yang juga sebagai Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. atau Bank BJB (BJBR) Yuddy Renaldi mengatakan outlook BPD akan lebih baik pada tahun ini.

“Kita lihat suku bunga sudah pada 'peak'-nya dan tinggal menunggu momen penurunan suku bunga dengan memperhatikan kondisi ekonomi secara makro,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (28/2/2024).

Menurutnya, sebagaimana terjadi secara industri, tekanan suku bunga sepanjang tahun 2023 lalu cukup terasa pada kelompok bank daerah, khususnya terkait biaya dana atau cost of fund.

Sehingga, Yuddy berharap di semester II/2024, suku bunga acuan dapat mulai turun secara berkala sehingga tidak memberikan tekanan lebih kepada biaya dana.

“Sepanjang tahun 2022 sampai dengan 2023 suku bunga acuan telah mengalami kenaikan 250 basis poin [bps] yang pada akhirnya mempengaruhi suku bunga dana khususnya deposito, karena BPD tidak hanya mengelola giro pemerintah daerah, per Desember 2023, komposisi dana deposito di BPD mencapai 44% yang sensitif terhadap perubahan suku bunga,” ujarnya. 

Lebih lanjut, mengenai kinerja BPD, Yuddy memproyeksikan secara bisnis dapat tumbuh dengan baik. Dia menyebut, saat ini BPD sudah menyerahkan rencana bisnis bank (RBB) kepada Otoritas Jasa Keuangan pada November tahun lalu.

“Saya kira akan tumbuh dengan positif di tahun ini, apalagi bisnis nya banyak di konsumer, kita tahu jika ekonomi membaik, konsumsi masyarakat pun cenderung meningkat dan permintaan kredit di BPD pun turut terakselerasi,” ujarnya. 

Adapun, dari segi intermediasi, BPD memang tercatat telah menyalurkan kredit Rp606,68 triliun pada 2023, tumbuh 7,79% dari periode sebelumnya Rp562,85 triliun pada 2022. Aset BPD pun naik 5,02% menjadi Rp985,42 triliun pada 2023 dari sebelumnya Rp938.29 triliun pada 2022.

Seiring dengan kenaikan kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) BPD naik tipis 5 basis poin (bps) ke level 2,18% dari sebelumnya 2,13%. 

Pada sisi pendanaan, BPD telah meraup tabungan hingga deposito dari masyarakat alias dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp730,33 triliun dari sebelumnya Rp723,88 triliun pada 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper