Bisnis.com, JAKARTA - HSBC meresmikan ASEAN Growth Fund senilai US$1 miliar atau sekitar Rp15,8 triliun menimbang potensi perekonomian digital di Asia Tenggara yang tumbuh paling cepat di dunia.
HSBC meluncurkan ASEAN Growth Fund untuk memberdayakan perusahaan digital di kawasan Asean, mengembangkan portofolio aset, serta mengakselerasi siklus bisnis. Indonesia kemudian juga dinilai sebagai pusat pertumbuhan ekonomi digital di kawasan tersebut.
“Seiring dengan nilai ekonomi digital yang diperkirakan mencapai USD 360 miliar pada tahun 2030, Indonesia merupakan pusat pertumbuhan ekonomi digital di kawasan ASEAN,” terang Francois di acara peluncuran HSBC Asean Growth Fund di Jakarta, Rabu (27/3/2024).
Kemudian, Managing Director, Wholesale Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya yang juga hadir dalam acara tersebut, menuturkan bahwa kawasan Asean telah berkembang signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan akan menjadi salah satu mesin pertumbuhan perekonomian global.
HSBC ASEAN Growth Fund akan berfokus pada perusahaan yang menargetkan ekspansi ke pasar Asia Tenggara.
Pendanaan ini nantinya akan mendukung di sektor ekonomi baru, korporasi dan lembaga keuangan non-bank, dengan pertimbangan metrik operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.
Baca Juga
Perekonomian digital Asean memiliki nilai pasar mencapai US$218 miliar pada 2023. Pada akhir dekade ini, pertumbuhan diperkirakan akan melampaui US$600 miliar, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (CAGR) sebesar 16%.
Berdasarkan survei terbaru HSBC terhadap 600 perusahaan yang beroperasi di Asia Tenggara, sebanyak 42% responden menuturkan bahwa digitalisasi operasional telah menjadi prioritas utama dari para pebisnis.
Kemudian, sebesar 89% juga memperkirakan bahwa perdagangan intra-ASEAN akan meningkat di tahun ini, dengan 32% memperkirakan peningkatan lebih dari 30%.
Namun, pihaknya menilai bahwa terdapat tantangan dalam makroekonomi yang tak pasti, regulasi yang dapat berubah dengan cepat, sehingga dapat menjadi hambatan bagi perusahaan Indonesia yang ingin berekspansi ke pasar baru di ASEAN.
Perusahaan juga diklaim menginginkan solusi perdagangan dan pembayaran yang nyaman dan mudah digunakan, agar dapat memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada strategi dan ekspansi.
“Adopsi digital yang cepat di ASEAN berarti dunia usaha semakin membutuhkan mitra perbankan digital yang mampu untuk mendukung pertumbuhan mereka,” terang Riko.
Mitra perbankan dinilai perlu memahami peraturan, budaya, memiliki keahlian yang mumpuni, dan dapat memenuhi kebutuhan mendasar strategi pertumbuhan lintas negara untuk memastikan keberhasilan ekspansi bisnis.