Bisnis.com, JAKARTA — Akhir-akhir ini, marak kasus bank bangkrut yang kemudian dicabut izinnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank-bank yang bertumbangan tersebut seluruhnya merupakan bank perekonomian rakyat (BPR).
Meskipun marak bank bangkrut, nyatanya simpanan nasabah di BPR tetap bertumbuh. Berdasarkan data Distribusi Simpanan BPR yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), telah terdapat simpanan nasabah yang mencapai Rp166,5 triliun dari 1.575 BPR di Indonesia. Nilai simpanan itu naik 8,3% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan nominal simpanan nasabah di BPR itu bahkan mengalahkan pertumbuhan simpanan nasabah di bank umum yang lesu, mencapai 3,8% per Desember 2023. Sementara itu, LPS mencatat total rekening simpanan di BPR mencapai 15,98 juta rekening, naik 4% yoy.
Dilihat berdasarkan tiering simpanannya, nominal simpanan terbesar di BPR terdapat pada tiering simpanan di bawah Rp100 juta. Porsinya mencapai 28,7% dari keseluruhan simpanan nasabah di BPR.
Sejalan dengan nominal simpanan, jumlah rekening di BPR juga paling banyak pada tiering simpanan di bawah Rp100 juta dengan porsi 98,2% dari total rekening.
Dilihat dari jenis simpanan, maka nominal simpanan paling besar di BPR ada dalam bentuk deposito. Porsinya mencapai 70,9% terhadap keseluruhan simpanan. Sedangkan jumlah rekening simpanan terbanyak terdapat pada tabungan atau 95,2% dari total rekening.
Baca Juga
Sementara itu, di tengah pertumbuhan simpanan nasabah di BPR, marak juga BPR yang bangkrut di Indonesia. Sepanjang 2023, terdapat empat BPR yang sudah bangkrut dan dicabut izinnya oleh OJK, yakni PT BPR Bagong Inti Marga, PT BPR Karya Remaja Indramayu, PT BPR Indotama UKM Sulawesi, dan PT BPR Persada Guna.
Fenomena BPR bangkrut tersebut berlanjut hingga kuartal I/2024. Tercatat, sepanjang tahun berjalan 2024 sudah ada 7 bank bangkrut di Indonesia.
Terbaru, PT BPR Aceh Utara bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh OJK. Sebelum BPR Aceh Utara, OJK juga telah mencabut izin usaha PT BPR EDCCASH, Perumda BPR Bank Purworejo, PT BPR Bank Pasar Bhakti, PT BPR Usaha Madani Karya Mulia, BPRS Mojo Artho Kota Mojokerto (Perseroda), dan Koperasi BPR Wijaya Kusuma sepanjang tahun ini.
Apabila ditarik sejak 2005, maka total ada 129 bank bangkrut di Tanah Air. Jumlah ini diproyeksikan akan semakin bertambah tahun ini.
"Anggaran kita juga kan 12 [bank bangkrut] ya. Jadi kita 5 [bank bangkrut] lagi mungkin. Tapi mudah-mudahan enggak sebanyak itu. Harusnya sih anggaran kita cukup dan tunggu dari OJK berapa [bank bangkrut] yang dikasih ke kita," ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa setelah rapat kerja LPS dengan Komisi XI DPR RI pada Selasa (26/3/2024).
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memproyeksikan sepanjang tahun ini akan ada 20 BPR bangkrut di Indonesia.
"Kemungkinan [tahun ini] sampai 20 BPR, tapi kan itu sudah tutup, tinggal likuidasinya saja," ujarnya saat ditemui awak media di Hotel Kempinski Jakarta, pekan lalu (22/3/2024).
Menurut Dian, tumbangnya bank disebabkan fraud dan buruknya tata kelola manajemen. Dian mengatakan, dalam menangani bank-bank gagal yang kesemuanya merupakan BPR itu, OJK telah menyiapkan strategi.
OJK misalnya, terus memperkuat BPR dengan mendorong konsolidasi dan penyesuaian regulasi serta pengawasan. Dian menyebut, peta jalan untuk BPR akan dirancang sekomprehensif mungkin, termasuk soal mengatur manajemen risiko, governance, hingga SDM.
Menurutnya, dasar dari perancangan aturan itu, lantaran mengingat banyak BPR yang harus ditutup karena persoalan mendasar, misal terkait situasi keuangan serta adanya keterlibatan fraud.
“Sehingga harapan kita sebelum mengeluarkan roadmap [BPR], kami ingin sisa BPR yang punya masalah mendasar dapat dibersihkan dulu,” ucapnya.
Alhasil, ke depan, usai melakukan pembersihan pada BPR yang bermasalah diharapkan BPR akan mengalami penguatan. BPR memiliki standar operasional yang baik, seperti kemampuan BPR untuk mampu listing di bursa atau IPO hingga penyetaraan dalam sistem pembayaran.