Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Arah DPK Bank Usai Suku Bunga Naik hingga Momentum Kinerja BUMI

Dampak naiknya suku bunga acuan terhadap DPK bank hingga kinerja BUMI terakselerasi
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia kemungkinan akan mendorong gairah masyarakat untuk menabung di bank. Namun, bank belum tentu serta merta segera menaikkan bunga simpanan atau menggencarkan promosi untuk mengerek dana simpanan.

Kinerja pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan cenderung lemah sepanjang 2023 lalu. Namun, memasuki 2024, kinerja DPK terus membaik.

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, DPK perbankan pada Maret 2024 mencapai Rp8.333 triliun, tumbuh 7,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih tinggi ketimbang Februari 2024 yang tumbuh 5,66% YoY.

Semua jenis DPK pun mencatatkan kinerja moncer. Giro misalnya naik 8,6% YoY pada Maret 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan 6,4% YoY pada Februari 2024.

Artikel tentang efek kenaikan suku bunga acuan menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Sabtu (27/4/2024). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Gelagat Serius PGN (PGAS) Optimalkan LNG untuk Industri Domestik

Makin masifnya temuan lapangan gas di dalam negeri terutama gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) menjadi momentum bagi Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar domestik dengan komoditas tersebut.

Terlebih, dengan kondisi gas pipa saat ini yang memang mengalami penurunan produksi telah membuat pasokan kebutuhan industri di dalam negeri khususnya di Indonesia bagian barat, termasuk Sumatra bagian tengah, Sumatra bagian selatan, dan Jawa bagian barat menjadi tersendat.

Di sisi lain, pasokan gas di kawasan Indonesia bagian timur bisa dibilang melimpah ruah, bahkan terdapat volume kargo LNG yang belum terkontrak atau uncommitted cargo dari Kilang LNG Tangguh, Papua Barat dan Kilang Bontang, Kalimantan Timur.

Wajar jika akhirnya PT Perusahaan Gas Negara Tbk. melakukan inisiatif untuk mengoptimalkan produk LNG dalam rangka membantu industri di tengah terus menurunnya produksi gas bumi nasional, sekaligus menghadapi risiko geopolitik global saat ini.

 

Upaya Serius PLN untuk Transisi Energi dengan Mengurangi Emisi Karbon

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) kian serius meningkatkan kontribusinya dalam upaya transisi energi baru terbarukan (EBT) menuju target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) nasional pada 2060 bahkan lebih cepat dari itu.

Kendati tidak mudah, perusahaan setrum pelat merah itu mengakselerasi transisi energi, baik dengan memperbanyak penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan pada pembangkit listrik maupun memperbesar target perdagangan karbon (carbon trading).

Berkaca pada rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PLN 2021—2030, sebanyak 20,9 gigawatt (GW) atau 52% dari  rencana pengembangan pembangkit listrik perseroan yang mencapai 40,6 GW, berasal dari EBT.

Tak hanya itu, PLN juga tengah menyusun perencanaan baru yang akan berlaku sampai dengan 2040. PLN setidaknya mengincar penambahan porsi pembangkit listrik EBT mencapai 80 GW, dengan komposisi 60 GW berbasis EBT dan 20 GW berbasis gas.

 

Arah Kinerja DPK Bank Usai BI Naikkan Suku Bunga Acuan

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), Darmawan Junaidi, juga mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan memang memberi pengaruh terhadap biaya pendanaan atau funding cost perbankan yang meningkat.

Dari sisi likuiditas, menurutnya kenaikan suku bunga acuan tidak terlalu memengaruhi kondisi pasar likuiditas rupiah. Akan tetapi, menurutnya pengaruh terhadap foreign exchange spot market pasti ada.

"[Ini] karena tekanan terhadap pelemahan rupiah akan menurun mengingat return yang lebih tinggi dibandingkan dolar AS [Amerika Serikat]," tuturnya.

Meski begitu, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), Catur Budi Harto, mengatakan bahwa di BRI, kenaikan BI rate diproyeksikan tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas.

 

Mitsubishi Electric Bidik Tren 'Green Building' Indonesia

Sektor properti dan konstruksi—seperti halnya sektor industri dan transportasi—dinilai juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam upaya mencapai target nol emisi karbon (net zero emission/NZE). Pendingin ruangan dan pencahayaan disebut-sebut menjadi kontributor utama penurunan emisi tersebut.

Terlebih, sektor konstruksi merupakan penyumbang terbesar kedua di dunia dalam peningkatan emisi karbon dengan prosentase sebesar 25%. Jika tidak dikendalikan sekarang, sumbangan emisi karbon dari sektor konstruksi dikhawatirkan bisa mencapai angka 60% pada 2060.

Di sisi lain, mengacu pada dokumen Enhanced National Determined Contribution (ENDC), Indonesia menargetkan NZE dapat tercapai pada 2060. Selain itu, Indonesia juga berupaya untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% dengan kemampuan sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional hingga 2030.

Sejalan dengan itu, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah berkomitmen untuk menekan emisi karbon melalui penerapan konsep pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, mulai dari penggunaan material berkelanjutan hingga teknologi dan produk yang dapat berkontribusi terhadap penyelesaian masalah perubahan iklim.

 

Momentum Akselerasi Kinerja BUMI

Emiten batu bara milik kongsi Grup Salim dan Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) merancang berbagai strategi untuk mengakselerasi kinerja pada 2024, sembari memperbaiki struktur ekuitas melalui kuasi reorganisasi.

Direktur BUMI, Dileep Srivastava, mengatakan bahwa proposal kuasi reorganisasi yang diajukan pada 23 April 2024 bertujuan untuk mengimbangi laba ditahan negatif dengan premi saham yang tercatat. Untuk memuluskan kuasi reorganisasi, BUMI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Mei 2024.

"Kami meminta persetujuan dari pemegang saham dan regulator [OJK]. Jika berhasil, hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk membagikan dividen," ujar Dileep kepada Bisnis, dikutip Jumat (26/4/2024).

Terkait strategi untuk mengakselerasi kinerja, dia mengatakan BUMI akan memaksimalkan volume produksi batu bara, meningkatkan margin, dan memperkaya bauran untuk meningkatkan pendapatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper