Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan mencatat guru hingga pelajar menjadi kelompok masyarakat yang banyak terjerat oleh pinjaman online alias pinjol ilegal. Seperti diketahui, saat ini aplikasi pinjol resmi OJK tinggal 100 perusahaan setelah beberapa waktu lalu TaniFund dicabut izinnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mendorong agar literasi keuangan masuk ke dalam kurikulum pendidikan. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan berdasarkan salah satu survei, terdapat 42% masyarakat yang terjerat pinjol ilegal datang dari kalangan guru. Terdapat pula 3% masyarakat yang terjerat pinjol ilegal dari kalangan pelajar.
Menurutnya, masih banyaknya guru hingga pelajar yang terjerat pinjol ilegal karena rendahnya literasi keuangan.
Untuk itu, menurutnya literasi keuangan mesti juga diterapkan dalam kurikulum pendidikan. "Jadi apapun major [jurusan pendidikan], harus melek finansial," ujar perempuan yang biasa disapa Kiki itu dalam acara Training of Trainers bagi guru yang digelar oleh OJK pada Senin (20/5/2024).
Ia mengatakan OJK pun sudah memiliki bahan ajar dalam literasi keuangan tersebut, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pendidikan tinggi. "Jadi, kami harap bisa memasukan [literasi keuangan] ke kurikulum formal, karena ini esential life skill yang mesti diajarkan," tuturnya.
Kiki mengatakan banyak negara lain pun yang telah menerapkan literasi keuangan sebagai kurikulum pendidikannya. OJK pun telah bertemu dengan berbagai organisasi internasional, seperti Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dan mendapatkan gambaran atas penerapan literasi keuangan kepada masyarakat.
Baca Juga
"Literasi keuangan yang lebih tinggi pengaruhi kesejahteraan individu lebih baik," kata Kiki.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Kemendikbudristek Rachmadi Widdiharto mengatakan maraknya guru hingga pelajar yang terjerat pinjol ilegal memang menunjukkan pentingnya literasi keuangan. "Tingkat inklusi dan literasi juga masih perlu diakselerasi," ujarnya.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kemenag Thobib Al Asyhar mengatakan pihaknya pun berharap literasi keuangan bisa dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan, termasuk untuk lembaga pendidikan islam.
"Ini cocok apabila literasi keuangan menggunakan prinsip keagamaan, basisnya kesadaran memanfaatkan kekayaan berdasarkan kebutuhan," tutur Thobib.