Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Direktur Bank Neo Commerce (BBYB) Curhat saat Paylater Akulaku Kena Sanksi OJK

Direktur Bisnis Bank Neo Commerce (BBYB) angkat bicara terkait dampak sanksi pembatasan paylater Akulaku terhadap bisnis perseroan.
Nasabah menyelesaikan transaksi menggunakan Akulaku PayLater di Jakarta, Senin (11/7/2022). Bisnis/Suselo Jati
Nasabah menyelesaikan transaksi menggunakan Akulaku PayLater di Jakarta, Senin (11/7/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) buka suara soal dampak yang dihadapi perseroan kala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat membatasi skema paylater PT Akulaku Finance Indonesia. Adapun, per 29 Februari 2024 OJK resmi mencabut sanksi tersebut.

Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo menyampaikan hal ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada pendapatan BBYB.

Perlu diketahui, sebelumnya regulator pernah menetapkan pembatasan kegiatan usaha tertentu kepada Akulaku karena perusahaan tidak melaksanakan tindakan pengawasan yang diminta oleh OJK, yaitu berupa pembatasan penyaluran pembiayaan dengan skema buy now pay later (BNPL) alias paylater 

Pada saat itu, Akulaku dilarang melakukan kegiatan usaha penyaluran pembiayaan baik kepada debitur eksisting maupun debitur baru dengan skema BNPL atau pembiayaan serupa, termasuk yang penyaluran pembiayaannya dilakukan melalui skema channeling maupun joint financing. 

“Memang Akulaku ada mitra denganya terkait loan channeling [dengan kita] tapi sifatnya sebenarnya sama dengan [belasan] mitra lain. Komposisinya itu juga makin mengecil per Maret itu 46%,” ujarnya dalam Media Group Interview pada Rabu (8/5/2024)

Dia mencatat efek terhadap pendapatan sangat kecil, tidak lebih dari 5%. Bahkan, BBYB tetap mencatat pertumbuhan sebesar Rp600 miliar pada tahun lalu dengan adanya mitra lain.

Lebih lanjut, Aditya menuturkan kala pembatasan terjadi, pihaknya mencatat tidak ada “booking” atas pinjaman atau kredit yang diajukan melalui Akulaku selama periode tersebut.

Ke depan, dia menyebut secara keseluruhan pertumbuhan kredit dengan skema channeling akan tetap stabil “Akan tetapi komposisi akan diperkecil karena ada diversifikasi dari mitra-mitra lain,” imbuhnya. 

Sebagaimana diketahui, BBYB memang menjaga kualitas kredit yang disalurkan dengan lebih selektif dalam penyaluran kredit dan terus memperluas penyaluran kredit ke berbagai segmen nasabah, mulai dari individu, UMKM, dan korporasi, hal ini didasari atas optimistis perekonomian Indonesia yang akan terus tumbuh. 

“Pertumbuhan ini adalah peluang bagi BNC untuk terus ekspansi penyaluran kreditnya,” ucap Adit dalam keterangan tertulis, Kamis (23/5/2024)

Berdasarkan RTI Business per 30 April 2024, PT Akulaku Silvrr Indonesia yang merupakan bagian dari Akulaku Grup dan bergerak di bidang e-commerce ini tercatat menjadi pemegang saham pengendali saham BBYB dengan porsi kepemilikan 27,32%

Di sisi lain, PT Akulaku Finance Indonesia yang juga bagian dari Akulaku Grup namun bergerak dalam bidang multifinance, memiliki hubungan kemitraan dengan Bank Neo Commerce.

Terkait kinerja bisnis, BBYB membukukan laba bersih Rp14,23 miliar pada kuartal I/2024, berbalik dari kondisi rugi sebesar Rp68,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Berdasarkan laporan keuangan, Kamis (23/5/2024) laba bersih BBYB terdorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII), tumbuh 19,36% yoy menjadi Rp825,52 miliar dari sebelumnya Rp691,61 miliar. 

Sementara itu, dari sisi intermediasi, Bank Neo Commerce menyalurkan total kredit sebesar Rp9,4 triliun per Maret 2024, terkoreksi 13,87% yoy dari Rp10,91 triliun. Aset bank turun tipis 1,04% yoy menjadi Rp18,91 triliun dari Rp19,11 triliun

 Seiring dengan kinerja kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BBYB naik 41 bps ke level 3,94% dari 3,53%. Sementara, NPL net turun 137 bps menjadi 1,3% dari 2,67%  

Terakhir, dari sisi pendanaan, BBYB telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp14,35 triliun, turun 2,75% yoy, dibanding tahun sebelumnya Rp14,75 triliun. Adapun, dana murah atau current account savings account (CASA) juga susut tipis 0,47% yoy menjadi Rp3,96 triliun dari Rp3,98 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper