Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memberikan kisi-kisi mengenai tingkat bunga penjaminan (TBP) di tengah sederet proyeksi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed pada akhir 2024.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan pihaknya akan lebih memperhatikan tingkat suku bunga dan likuiditas sektor keuangan dalam negeri.
“Kalau cukup likuid, lalu suku bunga [BI rate] tidak naik, jadi kita tidak menaikkan TBP kita. Seandainya The Fed bergerak, ya tetap kita akan melihat reaksinya di pasar domestik, baru kita akan bereaksi,” ujarnya dalam Konferensi Pers, Selasa (28/5/2024).
Bahkan, dia menegaskan apabila pasar domestik tidak menunjukkan tanda-tanda pengetatan, maka tidak akan ada perubahan dalam TBP.
LPS pun senantiasa berhati-hati agar kebijakan yang ada tidak mengganggu proses pemulihan ekonomi yanrg sedang berlangsung.
Lebih lanjut, Purbaya memprediksi The Fed tidak akan memangkas suku bunga pada akhir tahun 2024 yakni Desember 2024. Ini lantaran tingkat unemployement AS masih di atas tingkat unemployment yang dapat menimbulkan inflasi.
Baca Juga
“The Fed akan menunggu bukti lebih jelas, sampai ekonominya enggak ‘kepanasan’ lagi. Kalau ekonomi kepanasan itu artinya kecepatan di atas laju potensial. Kalau di atas laju potensial, ngapain turun bunga lagi, [justru] akan memicu inflasi,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Dewan Komisioner LPS Lana Soelistianingsih menuturkan selain terus memantau situasi global, LPS akan fokus meninjau data simpanan di perbankan guna memastikan likuiditas bank cukup kala memutuskan TBP.
“Kita juga perhatikan reaksi market dan ekspektasi terhadap suku bunga The Fed. Semua [hasil keputusan TBP] berbasis data. Sejauh ini, nampaknya di dalam negeri relatif tidak berpengaruh banyak, terutama di bank,” imbuhnya.
Sebaliknya, tingkat sensitifitas atas pergerakan suku bunga The Fed lebih dirasakan di pasar obligasi
Adapun, di dalam negeri, sejumlah ekonom meyakini Bank Indonesia akan sangat mengikuti perubahan suku bunga The Fed dalam menentukan BI Rate.
Skenario Penurunan BI Rate
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo memiliki tiga skenario arah penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) atau Fed Fund Rate (FFR).
Perry menjelaskan, dalam skenario pertamanya, terdapat potensi The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada akhir tahun ini.
“Dalam skenario kami, skenario baseline dengan probabilitas di atas 75%, Fed Fund Rate akan turun sekali di 25 bps di kuartal IV/2024, yang kemungkinan di Desember 2024,” ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (24/4/2024).
Kemudian, pada skenario kedua yang disebut risiko potensial, Perry melihat Fed Fund Rate tidak akan turun pada tahun ini dan tetap terjaga pada level 5,25% hingga 5,5%.
Menurutnya, sesuai Fed Fund Rate baru akan turun pada kuartal I/2025 atau kuartal II/2025 sebesar 50 bps.
“Kalau probabilitas di bawah 50% kami sebut tail risk. Tail risk Fed Fund Rate akan tetap tinggi lebih lama pada 2024 dan baru akan turun 25 bps pada 2025,” lanjutnya.