Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NPF Mandala Finance (MFIN) jadi 2,4%, Direksi: Terjaga di Bawah Industri

Mandala Multifinance (MFIN) mencatatkan kredit bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) pada periode April 2024 menjadi 2,4%.
Logo Mandala Finance./Istimewa
Logo Mandala Finance./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA— PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) mencatatkan kredit bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) pada periode April 2024 menjadi 2,4%.

Managing Director Mandala Finance Christel Lesmana mengatakan peningkatan tersebut terjadi efek momen pasca lebaran saat kebutuhan masyarakat juga mengalami kenaikan. Namun demikian, dia memastikan bahwa tingkat kredit bermasalah perseroan masih di bawah rata-rata industri.  

“Hingga April 2024, penyaluran pembiayaan kami cukup terjaga dengan NPF sebesar 2,4% di mana angka ini masih di bawah rata-rata industri pembiayaan,“ kata Christel kepada Bisnis, Minggu (16/6/2024). 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPF gross perusahaan multifinance mencapai 2,82% pada April 2024, yang mana naik dibandingkan 2,45% pada Maret 2024. 

Lebih lanjut, Christel mengatakan untuk memastikan nilai NPF perseroan tetap terjaga, pihaknya menerapkan berbagai strategi di antaranya dengan menjaga tingkat pencadangan yang optimal, lebih selektif dalam penyaluran pembiayaan kepada semua calon konsumen, serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. 

Dengan senantiasa fokus pada pertumbuhan jangka panjang perusahaan melalui penyaluran pembiayaan yang berkelanjutan dan manajemen risiko yang tepat sasaran, Christel menyebut pihaknya optimistis tahun ini dapat menjaga tingkat NPF tetap terjaga di bawah rata-rata industri dan memastikan perusahaan tetap dalam keadaan yang sehat. 

Terkait aturan pengetatan penagihan pembiayaan, Christel melihat hal ini sebagai bagian dari kerangka regulasi yang lebih luas untuk memastikan bahwa perusahaan pembiayaan beroperasi secara sehat dan bertanggung jawab.

“Serta tetap melindungi kepentingan konsumen, serta mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya. 

Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) melihat bahwa naiknya NPF perusahaan pembiayaan lantaran faktor makro ekonomi. 

Di tengah naiknya harga-harga barang pokok, Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menyebut tidak sedikit masyarakat yang memilih untuk membayar kebutuhan pokoknya ketimbang membayar cicilan kredit. 

“Ada hal-hal terkait pendapatan masyarakat dipakai untuk kebutuhan primer dulu kan karena beberapa harga bahan pokok naik dari beras gula dan lain-lain. Iya, lagi lesu [daya beli] banyak kebutuhan yang harus dipenuhi,” kata Suwandi saat dihubungi, Kamis (13/6/2024). 

Suwandi pun berharap bahwa kenaikan NPF tersebut hanya fenomena sementara. Dia mendorong perusahaan pembiayaan untuk segera mengatasi NPF yang terjadi peningkatan. Selain itu, dia juga berharap harga kebutuhan pokok segera stabil. 

“Harapannya pemerintah bisa menstabilkan harga-harga bahan dasar, sehingga semakin banyak dananya yang  untuk membayar cicilan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper