Bisnis.com, JAKARTA - Bank digital kongsi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) PT Super Bank Indonesia atau Superbank buka suara terkait aksi perseroan melantai di Bursa. Lantas, apakah rencana ini bakal terlaksana tahun ini?
Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan sejauh ini pihaknya masih akan lebih dulu berfokus pada hal akuisisi pengguna usai launching hingga pengembangan produk yang terintegrasi dengan ekosistem. Alhasil, untuk rencana IPO ini belum akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
“Jadi, capital market [pasar modal] belum dalam tahun ini, kita baru aja dapat suntikan dari pemegang saham [yaitu Grab, Singtel, dan KakaoBank] sebesar Rp1,2 triliun. Jadi, dari segi capital cukup baik,” ujarnya dalam Media Visit di Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (11/7/2024).
Adapun, tepat tahun lalu Wakil Direktur Utama Emtek Sutanto Hartono mengatakan EMTK tentu saja tertarik untuk membawa anak usahanya melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Pasalnya, IPO akan membuat perusahaan menjadi lebih baik.
"Investor juga pasti akan mendorong kami untuk memberikan kejelasan untuk exit strategy yang cukup aman dan transparan. Jadi, itu adalah tujuan bersama," ujar Sutanto, pada paparan publik di Jakarta, Rabu (14/6/2023).
Namun, Sutanto juga mengungkapkan bahwa saat itu, dia merasa masih terlalu dini untuk mengumumkan rencana IPO untuk Superbank, mengingat pada Juni 2023 bank tersebut belum launching.
Baca Juga
Lebih lanjut, untuk saat ini memang Superbank masih akan terus menggaet pengguna baru di tengah makin masifnya perubahan perilaku masyarakat di layanan keuangan digital.
Tigor menyampaikan usai masuk ke dalam aplikasi Grab, ke depan, pihaknya akan menyasar ekosistem EMTK, seperti Vidio sebuah platform OTT hingga Bukalapak dengan menyasar mitra dalam hal pembiayaan mikro.
Selain itu, dalam waktu dekat, perseroan juga akan meluncurkan produk pinjaman, simpanan berjangka, QRIS hingga layanan BI Fast demi memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Saat ini memang yang piloting itu loan direct, tapi untuk Grab community dulu. Jadi, di Grab itu ada kriteria, misal lokasi, behavior, tren dan sebagainya, ini ada skor-skornya masuk lending ke situ. Sementara yang [kredit] channeling sudah jalan,” ucapnya.
Kata Tigor, sejauh ini digitalisasi menjadi kekuatan bagi bank untuk bisa menyasar underbanked. Alhasil, pihaknya kini terus memastikan untuk bisa menciptakan aplikasi yang sederhana dan ringan untuk beragam lapisan masyarakat.
Menurutnya, sejauh ini Superbank memiliki keunggulan dibanding bank digital lain, utamanya soal adopsi data science hingga penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang terintegrasi dengan seluruh sistem pembayaran dan profil risiko pengguna.
"Kalau dilihat dari onboarding kita juga pikirin, gimana kita harus sangat cepat [dalam proses]. Emang sih enggak kelihatan dari fisik, tapi kita optimalkan dari sisi experience user," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyebut meski bank-bank besar Tanah Air mulai muncul dengan mengembangkan bisnis aplikasi super (super app), akan tetapi Superbank optimistis untuk bisa bersaing. Ini lantaran, Superbank memiliki pasar yang berbeda dengan bidikan bank-bank konvensional yang ada.
"Saat ini kita melihat pasarnya berbeda ya. Kalau sekarang kita benar-benar enggak ada offline present, pure digital kalau konvensional itu kan switching dari cabang jadi digital," ujarnya.