Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Digital Beri Bunga Simpanan Tembus 10%, SeaBank Minta Introspeksi

Bank digital kerap memberikan penawaran suku bunga simpanan, terutama deposito yang tinggi guna meraup simpanan dari nasabah.
Ilustrasi bank digital/Freepik
Ilustrasi bank digital/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank digital kerap memberikan penawaran suku bunga simpanan, terutama deposito yang tinggi guna meraup simpanan dari nasabah. Namun, bank digital milik Sea Group PT Bank Seabank Indonesia menilai mesti ada introspeksi dari langkah tersebut.

SeaBank sendiri menawarkan produk deposito dengan suku bunga mencapai 6% per tahun. Bank digital lainnya menawarkan bunga deposito lebih tinggi lagi.

Dalam catatan Bisnis, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC menawarkan bunga deposito tembus 8% per tahun. PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI) menawarkan produk simpanan dengan suku bunga tinggi hingga 8,75% per tahun. 

Lalu, PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) menawarkan produk simpanan dengan suku bunga tinggi mencapai 9% per tahun. Bahkan, layanan bank digital PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yakni Bank Saqu menawarkan bunga simpanan hingga 10% kepada nasabahnya.

Suku bunga simpanan bank-bank digital itu pun berada di atas tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Terbaru, LPS telah menetapkan tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah pada bank umum 4,25%.

Wakil Direktur Utama SeaBank Indonesia Junedy Liu mengatakan bunga simpanan tinggi bank digital memang kerap kali menjadi polemik. Bank digital bisa menawarkan bunga simpanan tinggi karena biaya operasional yang rendah. Langkah itu biasanya diambil, terutama oleh bank digital yang baru meluncur.

"Akan tetapi dari awal kami sadari bahwa ini strategi promosi di awal. Ini perlu introspeksi. Bank digital perlu seimbangkan kemampuan galang dana serta tumbuhnya aset bisa berupa pembiayaan kepada masyarakat yang belum terlayani," katanya dalam acara virtual seminar yang digelar Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) pada Jumat (26/7/2024).

Menurutnya, bank digital perlu melakukan diversifikasi pendanaannya. "Bagi bank digital di awal-awal peluncuran layanan pasti andalkan produk tingkat return tinggi, tapi strategi ini tidak dapat dipertahankan secara terus menerus, harus fleksibel atasi potensi risiko likuiditas," katanya.

Sebab, di tengah tren suku bunga acuan yang tinggi, terdapat tantangan bagi sektor perbankan yakni ketatnya likuiditas.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan pada tahun ini, tren bunga tinggi bank digital masih akan terjadi, bahkan kondisi ini berlangsung hingga tiga tahun ke depan.

“Apalagi, tren perebutan dana di pasar makin ketat karena bank juga harus bersaing dengan surat utang pemerintah yang bunganya tinggi,” ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper