Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menghadapi tantangan menjelang akhir tahun 2024. Penurunan daya beli dan kondisi makroekonomi yang kurang menguntungkan menjadi faktor utama yang mempengaruhi.
“Kredit itu harus melihat situasi dan kondisi makro. Kalau bagus, pencet gas. Kalau memang kurang bagus, permintaan juga enggak ada,” ujar Jahja kepada wartawan usai pembukaan BCA UMKM Fest 2024 di Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2024).
Jahja menjelaskan bahwa saat ini BCA tidak dapat menyalurkan kredit UMKM secara agresif karena pergerakan modal kerja yang stagnan. Oleh karena itu, BCA berupaya mendongkrak penjualan UMKM melalui berbagai inisiatif, termasuk BCA UMKM Fest. “Kalau kerjanya menurun, maka UMKM tidak perlu tambahan kredit. Tapi begitu omzetnya meningkat, pasti butuh tambahan kredit. Oleh sebab itu kita mau bantu mereka jualan, ini dulu kita mau coba dorong,” tandasnya.
Baca Juga
Menurut catatan Bisnis, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) dan entitas anak membukukan laba sebesar Rp26,9 triliun pada semester I/2024, naik 11,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyaluran kredit BCA tumbuh 15,5% YoY menjadi Rp850 triliun per Juni 2024, didukung oleh sektor korporasi dan UMKM.
“Pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri. Kredit tumbuh didukung oleh sektor korporasi dan UMKM,” ujar Jahja dalam konferensi pers Paparan Kinerja Semester I 2024 pada Rabu (24/7/2024).
Kredit korporasi naik sebesar 19,9% YoY mencapai Rp388,6 triliun. Di segmen komersial, kredit tumbuh 7,9% YoY menjadi Rp127,8 triliun, sementara kredit UMKM tercatat sebesar Rp114,4 triliun atau tumbuh 12,7% YoY.