Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mega Syariah optimistis pembiayaan rumah dapat tumbuh positif hingga akhir tahun 2014, meskipun ada tantangan tingginya suka pinjaman.
Consumer Financing Business Division Head Bank Mega Syariah, Raksa Jatnika Budi menjelaskan bahwa tantangan itu antara lain adalah tingginya suku bunga pinjaman yang mempengaruhi akses masyarakat terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR), hingga penurunan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada 2024.
“Prospek pembiayaan rumah masih besar, didorong oleh minat investasi masyarakat dan tingginya backlog perumahan dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga di Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (8/8/2024).
Raksa menjelaskan, pihaknya menargetkan pertumbuhan pembiayaan rumah lebih dari 15-20% secara tahunan hingga Desember 2024.
Hingga Juli 2024, outstanding pembiayaan rumah Bank Mega Syariah telah tumbuh 8,16% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu juga selaras dengan pertumbuhan selama tiga tahun terakhir (2021-2023), yang mencetak rata-rata 25% year-on-year (yoy).
Selain itu, pihaknya juga menyebut bahwa pembiayaan rumah dengan skema FLPP telah berkontribusi terhadap lebih dari 12% total volume pembiayaan rumah secara keseluruhan.
“PPR [pembiayaan pemilikan rumah] masih menjadi penopang utama pembiayaan konsumer Bank Mega Syariah, dengan total volume outstanding PPR mencapai lebih dari 61% dari total pembiayaan konsumer per Juli 2024,” tandas Raksa.
Adapun, berdasarkan catatan Bisnis, PT Bank Mega Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp88,44 miliar pada semester I/2024.
Capaian ini turun 36,01% (year-on-year/YoY) atau secara tahunan ketimbang perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp138,21 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penurunan laba bank didorong oleh penyusutan pendapatan setelah distribusi bagi hasil 20,42% (YoY) menjadi Rp301,87 miliar per Juni 2024, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp379,3 miliar.