Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG di Zona Hijau, BNI Life Raih Hasil Investasi Rp723,61 Miliar per Juli 2024

Hasil investasi BNI Life mencapai Rp723,61 miliar per Juli 2024 atau naik 35,66% secara bulanan.
Karyawan melayani nasabah dikantor cabang PT BNI Life Insurance di Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Karyawan melayani nasabah dikantor cabang PT BNI Life Insurance di Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan asuransi jiwa, BNI Life mencatatkan hasil investasi sebesar Rp723,61 miliar per Juli 2024. Capaian naik 35,66% secara bulanan atau month-to-month (MtoM) dari Rp533,38 miliar di Juni 2024.

Plt Direktur Utama BNI Life Neny Asriany mengatakan kinerja positif tersebut dicapai berkat strategi yang sudah dilalukan perusahaan seiring dengan membaiknya kondisi pasar modal di Indonesia.

"Terdapat impact mark to market yang cukup signifikan di bulan Juli karena baik market saham dan market obligasi mencatatkan kinerja positif. Kami pun aktif melakukan trading untuk taking profit dengan perubahan arah market ini," kata Neny kepada Bisnis, Senin (19/8/2024).

Meski sudah berada di zona positif, dia mengungkapkan hingga akhir tahun BNI Life menargetkan hasil investasi yang lebih besar yakni menyentuh Rp1,5 triliun. Neny mengatakan pihaknya akan terus melakukan aktif trading hingga akhir tahun, terlebih saat adanya momentum pemangkasan suku bunga yang akan berdampak pada yield obligasi dan harga obligasi.

"Tantangannya adalah tensi geopolitik serta ketidakpastian perekonomian global dapat menjadi tantangan untuk kondisi investasi di Indonesia karena porsi investasi asing masih cukup besar di pasar Indonesia," kata dia.

Perusahaan asuransi jiwa lainnya yang mencatatkan pertumbuhan investasi secara bulanan lainnya Allianz Life. Tercatat perusahaan ini meraih hasil investasi pada Juli 2024 sebesar Rp413,63 miliar, naik 100% mtom dari Rp206,73 miliar pada Juni 2024.

Direktur & Chief Financial Officer Allianz Life Indonesia, Ong Le Keat mengatakan pihaknya akan terus mengejar strategi investasi jangka panjang dan lebih fokus melakukan penempatan investasi pada instrumen obligasi yang memiliki tingkat sekuritas lebih tinggi dan nilai imbal balik investasi yang lebih pasti.

"Kami akan terus menerapkan tata kelola yang baik serta penuh kehati-hatian dan menerapkan strategi yang dinamis dan mengutamakan pengelolaan risiko. Melalui strategi ini, kami meyakini dapat memberikan imbal hasil fund yang baik bagi nasabah," kata dia dalam kesempatan terpisah.

Allianz Life juga melihat membaiknya kinerja pasar modal di Indonesia menjadi peluang membaiknya hasil investasi asurnasi jiwa di paruh kedua 2024 ini.

"Kami optimis dengan kondisi ekonomi Indonesia yang dapat mendukung kinerja pasar modal Indonesia dengan kondisi ekonomi yang masih relatif resilient dengan pertumbuhan ekonomi yang mampu tumbuh di kisaran 5% pada semester I 2024 serta inflasi yang terjaga. Utamanya didukung oleh pertumbuhan pada lini komoditas utama seperti pertambangan, konstruksi dan perdagangan," ungkapnya.

Di sisi lain, lanjutnya, beberapa tantangan yang diperkirakan akan mempengaruhi kinerja pasar yaitu tekanan geopolitik antara Israel dan Palestina. Kemudian juga ada faktor ketidakpastian akan diturunkannya suku bunga Amerika, kekhawatiran volatilitas harga minyak, penurunan pertumbuhan ekonomi global, melebarnya defisit anggaran, volatilitas Rupiah melihat situasi eksternal, hingga faktor investor yang cenderung wait and see terhadap ekonomi 2024.

"Mengacu pada potensi dan adanya peluang, kami tetap melihat secara optimis pada kondisi ekonomi global maupun domestik khususnya di semester II/2024. Kami juga mengharapkan hasil investasi dapat bertumbuh seiring dengan pertumbuhan aset investasi," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono memaparkan bahwa hasil investasi asuransi jiwa pada semester I/2024 mengalami penurunan signifikan mencapai 29,99% year-on-year (yoy) menjadi Rp11,46 triliun. Penurunan hasil investasi terbesar terjadi pada lini usaha PAYDI, khususnya hasil investasi dari instrumen saham dan reksadana. 

Selain itu, Ogi menjelaskan penyebab penurunan hasil investasi juga tidak terlepas dari pengaruh kondisi pertumbuhan ekonomi terutama saat arus investasi di pasar modal tertekan.

"Hal ini berdampak terhadap kinerja sektor pasar modal dimana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun hingga 6% lebih dari awal tahun," urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper