Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Nationalnobu Tbk. atau Bank Nobu (NOBU) milik taipan James Riady buka suara terkait proses merger dengan PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik Hary Tanoesoedibjo yang hingga kini belum juga rampung.
Direktur Utama Bank Nobu Suhaimin Djohan sebenarnya tidak menjawab secara detail soal perkembangan proses merger yang telah dilalui keduanya, termasuk tenggat waktu penyelesaian merger. Dia hanya menyampaikan bahwa perseroan akan mengikuti arahan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kami ikuti aja arahannya Pak Dian,” ujar Suhaimin kepada Bisnis, Selasa (20/8/2024).
Lebih lanjut, dirinya juga mengakui bahwa transaksi cross ownership alias silang saham antara kedua bank sejalan dengan proses konsolidasi kedua bank milik dua konglomerat. “Itu kan sudah dilakukan [cross ownership]. Itu sejalan [dengan proses konsolidasi],” ujarnya.
Kemudian, kala disinggung soal Hanwha Life yang akan mengakuisisi 40% saham Bank Nobu dari Lippo Group, dirinya enggan berkomentar. “Saya belum waktunya boleh ngomong ya,” pungkasnya.
Perlu diketahui, pada awalnya, proses merger kedua bank ini ditargetkan selesai pada Agustus 2023. Itu artinya, rencana merger telah molor tepat satu tahun dari target awal.
Baca Juga
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan memang untuk menyatukan dua bank yang memiliki karakteristik bisnis dan budaya perusahaan yang berbeda perlu dilakukan secara berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, sehingga nantinya menghasilkan sinergi bank yang sehat serta mampu berkembang secara berkelanjutan pascamerger.
“Rencana merger antara MNC dan Nobu masih tetap kami harapkan untuk dilakukan sebagaimana komitmen sebelumnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (12/8/2024).
Secara individual, kata Dian, kondisi dan kinerja kedua bank saat ini masih relatif baik dengan permodalan yang sudah di atas ketentuan minimum.
Lebih lanjut, Dian menuturkan komitmen kedua belah pihak untuk merampungkan merger ini tercermin dari transaksi cross ownership antara kedua grup usaha, dengan masing-masing grup memiliki 10% saham di bank lawannya, sebagai upaya langkah awalan menuju merger kedua bank.
Berdasarkan data kepemilikan saham Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), memang terlihat adanya transaksi antara MNC Group dan Lippo Group di masing-masing emiten bank.
Di Bank Nobu tercatat transaksi masuknya entitas MNC Group, yakni PT MNC Land Tbk. (KPIG) yang menjadi pemegang saham dengan porsi 10% atau mengenggam sebanyak 747,84 juta saham NOBU. Di sisi lain, PT Prima Cakrawala Sentosa, entitas usaha milik Grup Lippo mengurangi porsi saham di NOBU dari 20,66% menjadi 10,66%.
Sementara itu, dalam susunan pemegang saham Bank MNC, Prima Cakrawala Sentosa masuk dengan kepemilikan saham sebesar 10% atau sebesar 4,44 miliar saham, sedangkan porsi MNC Land di Bank MNC susut.
Meski sudah molor satu tahun dari target awal, OJK nyatanya masih belum atau tidak menetapkan batas waktu tertentu yang rigid atas merger kedua bank milik konglomerat itu.
“Akan tetapi tentunya [kami] akan mendiskusikan kerangka waktunya dengan manajemen dan PSP kedua bank," katanya.
OJK juga melaporkan bahwa sampai dengan saat ini, kedua bank belum melaporkan arah pengembangan bisnis ke depan, namun secara individual kedua sudah melaporkan secara business as usual.
Terkait kinerja, Bank Nobu mencatat laba bersih Rp127,75 miliar pada semester I/2024, tumbuh 103,98% yoy atau secara tahunan dari periode sebelumnya Rp62,63 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, kenaikan laba ini terdorong pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 25,45% yoy mencapai Rp455,13 miliar dari sebelumnya Rp362,8 miliar.
Pendapatan berbasis komisi (fee based income) juga tumbuh 137,01% yoy mencapai Rp122,99 miliar dibanding sebelumnya Rp51,89 miliar. Selain itu, pendapatan lainnya tumbuh 136,84% yoy menjadi Rp9,08 miliar dari Rp3,84 miliar.
Rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) menurun dari 89,85% menjadi 85,59%. Rasio margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) juga meningkat ke level 3,64% dari 3,56%. Artinya, kemampuan NOBU mencetak laba sejalan dengan kemampuan bank dalam memperbaiki rasio BOPO dan NIM yang ada.
Kemudian dari segi intermediasi, Bank Nobu telah menyalurkan kredit Rp17,43 triliun, naik 36,88% yoy dari Rp12,74 triliun. Alhasil, aset bank ikut terkerek sebesar Rp30,71 triliun pada semester I/2024, tumbuh 32,14% yoy dibanding sebelumnya Rp23,24 triliun.
Seiring dengan penyaluran kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross berada di level stagan yani 0,51% dan NPL net berada di level 0,4%.
Lalu dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) NOBU naik 45,5% yoy menjadi Rp20,99 triliun pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp14,43 triliun pada semester I/2023. Dana murah (CASA) naik 34,44% yoy menjadi Rp8,17 triliun pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp6,08 triliun.