Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Atur Strategi saat Simpanan Melambat dan Mahal

Pada Juli 2024 dana pihak ketiga (DPK) bank tumbuh 7,72% secara yoy, melambat dibandingkan pertumbuhan 8,45% yang tercatat pada Juni 2024.
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Dana pihak ketiga (DPK) atau simpanan perbankan mengalami tren perlambatan dalam beberapa bulan terakhir. Tercatat, berdasarkan data Bank Indonesia per Juli 2024 tumbuh 7,72% secara year on year (yoy).

Capaian ini lebih lambat dibandingkan pertumbuhan 8,45% yang tercatat pada Juni 2024. Perlambatan pertumbuhan simpanan sebenarnya telah terlihat sejak awal tahun 2024.

Pada Januari, pertumbuhan DPK perbankan sempat menyentuh 5,8%, kemudian susut menjadi 5,66% pada Februari. Kemudian sempat menanjak pada bulan-bulan berikutnya, yakni 7,44% yoy pada Maret, 8,21% yoy pada April 2024, lalu bulan selanjutnya yakni Mei 2023 yang mencapai 8,63%.

Akan tetapi, hal ini menurun pada bulan-bulan berikutnya, hingga hanya mencapai 7,72% pada Juli 2024, itu artinya level bulan ini hampir menyamai posisi Maret 2024 lalu

“Untuk memperkuat pendanaan, perbankan juga mengoptimalkan sumber pendanaan selain dari DPK, antara lain melalui penerbitan surat-surat berharga dan pinjaman,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (21/8/2024).

BI juga melaporkan likuiditas perbankan pada Juli 2024 tetap memadai tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tercatat tinggi sebesar 25,56%. 

Sebagaimana diketahui, di tengah tren suku bunga acuan yang tinggi, DPK perbankan memang masih tumbuh. Namun, pertumbuhan DPK perbankan masih lebih rendah dibandingkan dengan kredit. Pertumbuhan kredit perbankan pada Juli 2024 mencapai 12,4%, angka ini naik tipis dari Juni 2024 yang mencapai 12,36% yoy.

Dari sisi pemain perbankan, Direktur Distribution & Institutional Funding PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Jasmin tak menutup mata bahwa pertumbuhan DPK memang agak melambat.

“Sebenarnya likuiditas tersedia di pasar, tapi harganya mahal, karena produk di luar [ada] yang lebih menarik suku bunganya misal SBN, SRBI dan lain-lain,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (22/8/2024).

Dia pun menargetkan sampai dengan akhir tahun, target pertumbuhan BTN terhadap DPK hanya sekitar sekitar 9% hingga 10%. Menurutnya, saat ini BTN memang memilih untuk lebih realistis dengan kondisi yang ada. “Pertumbuhan kredit menyesuaikan kondisi likuiditas,” ujarnya.

Jasmin menyebut fokus BTN saat ini adalah lebih pada mengejar transaksi, baik untuk wholesale maupun ritel demi meningkatkan dana murah (CASA) dan menurunkan biaya dana (cost of fund/CoF).

Senada, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan melihat adanya pengetatan likuiditas di tengah perlambatan DPK. 

“Kelihatan likuiditas agak ketat dan masih tetap mahal. Kami masih menargetkan pertumbuhan positif di CASA,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (22/8/2024). Dia pun menargetkan CASA perseroan bisa tumbuh pada kisaran 7,5% hingga akhir tahun.

Pada saat ditemui terpisah, Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi mengatakan faktor perlambatan ini lantaran nasabah yang memiliki saldo besar di rekening kini memiliki banyak pilihan investasi selain menyimpan uang di bank, salah satunya di SRBI.

“Kalau kita lihat memang perlambatan terjadi di nasabah yang ticket size-nya besar,” katanya kepada Bisnis.

Adapun, dalam menumbuhkan DPK, pihaknya terus mengincar sebagian kelompok nasabah, yang jumlahnya sekitar 1 juta orang dan dikenal karena aktivitas transaksi mereka yang tinggi. Dengan begitu, perseroan dapat memperbesar volume dana yang dikelola meskipun saldo per nasabah mungkin tidak besar.

"Balance [saldo] enggak besar tapi transaksinya itu meningkat. Itu yang sebetulnya [kelompok] yang tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga karena memang [dananya] dipakai buat aktif transaksi,” ujarnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper