Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

P2P Akseleran Bidik Pendapatan Rp80 Miliar sepanjang 2024

Penyelenggara P2P lending Akseleran membidik pendapatan Rp80 miliar sepanjang tahun ini.
Co Founder & Chief Executive Officer PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia Ivan Nikolas Tambunan. Bisnis/Nurul Hidayat
Co Founder & Chief Executive Officer PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia Ivan Nikolas Tambunan. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Penyelenggara P2P lending atau pinjaman online (pinjol) Akseleran menargetkan pendapatan tetap tumbuh di kisaran 5%-10% pada tahun ini.

"Targetnya tahun ini pendapatan sekitar Rp80-an miliar dengan profit sekitar Rp15-an miliar," kata Group CEO & Co Founder Akseleran Ivan Nikolas kepada Bisnis, Kamis (29/8/2024).

Meski tak menyebut angkanya, Ivan mengatakan pendapatan Akseleran terus naik setiap bulan dan mencatatkan laba sejak Januari 2024.

"Hal ini bisa kami dapatkan dengan menurunkan opex [operational expenditure] sebesar sekitar 40% dibanding tahun lalu" terangnya.

Saat ini, perusahaan pinjol dihadapkan tantangan pendapatan mereka berpotensi akan semakin kecil imbas ketentuan bunga pinjol atau batas atas manfaat ekonomi yang semakin kecil.

Dalam Surat Edaran OJK (SE OJK) Nomor 19/SEOJK.06/2023 tentang Penyelenggaraan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi, mengatur batas maksimum manfaat ekonomi pinjol untuk pendanaan sektor produktif mulai 2026 menjadi 0,067%, dari mulanya 0,1%. 

Sementara itu, batas maksimum manfaat ekonomi untuk pendanaan sektor konsumtif mulai 2025 menjadi 0,2% dari awalnya 0,3%. Bahkan, mulai 1 Januari makin kecil menjadi 0,1%.

"Terkait penurunan bunga maksimal, dari kami tidak terlalu pengaruh karena rata-rata total biaya pinjaman kami di 2% per bulan. Hanya ada beberapa pinjaman dengan ticket size yang kecil yang bunganya maksimal di 2,5% per bulan," kata dia.

Terpisah, Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S. Djafar menjelaskan memang laba yang didapat P2P lending sangat banyak terpengaruh oleh batas manfaat ekonomi.

"Namun hal lain yang lebih mempengaruhi adalah naiknya beberapa cost, terutama pada risk control cost dan customer acquisition cost. Karena akhir-akhir ini kualitas new borrower menurun, banyaknya fraud ataupun kelompok galbay [gagal bayar] yang terus mencoba untuk menembus agar pinjamannya bisa cair," kata Entjik.

Adapun, laba perusahaan peer-to-peer lending (P2P lending) atau pinjaman online (pinjol) dalam tren menurun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba P2P lending Juni 2024 turun 25,41% year-on-year (yoy) menjadi Rp336,01 miliar dari Rp450,51 miliar di Juni 2023. 

Hal itu selaras dengan pendapatan non-operasional yang turun 45,73% yoy menjadi Rp92,45 miliar dari Rp170,37 miliar. 

Sementara itu, pendapatan operasional naik 13,68% yoy menjadi Rp6,45 triliun dari Rp5,67 triliun. Meski naik, angkanya tergolong kecil dibanding capaian pada Oktober 2023 hingga Desember 2023 yang konsisten mencatatkan angka dua digit, di kisaran Rp10,4 triliun hingga Rp12,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper