Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar Ungkap Penyebab Penurunan Tertanggung Asuransi Jiwa

Industri asuransi jiwa mengalami penurunan drastis dalam jumlah tertanggung perorangan selama semester I/2024.
Karyawan beraktivitas di depan logo Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Kamis (14/7/2022). Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktivitas di depan logo Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Kamis (14/7/2022). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi jiwa mengalami penurunan drastis dalam jumlah tertanggung perorangan selama semester I/2024. Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), total tertanggung perorangan tercatat sebanyak 18,61 juta, turun 31,41% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 27,13 juta.

Ini melanjutkan trend sebelumnya. Tercatat pada kuartal I/2024, penurunan ini juga terlihat signifikan, dengan total tertanggung perorangan hanya mencapai 19,68 juta, atau turun 33,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 29,74 juta pada kuartal I/2023.

Sebaliknya, jumlah tertanggung asuransi jiwa kumpulan menunjukkan peningkatan tajam. Pada semester I/2024, tertanggung kumpulan naik 54,9% yoy menjadi 95,07 juta.

Wahyudin Rahman, Praktisi Manajemen Risiko sekaligus Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi), menjelaskan bahwa penurunan tertanggung perorangan ini bukan berarti masyarakat malas berasuransi. Menurutnya, ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi tersebut.

"Masyarakat mungkin lebih memilih mengalokasikan dana untuk kebutuhan lain atau instrumen investasi yang dianggap lebih menguntungkan, terutama di tengah situasi ekonomi yang menantang," ujar Wahyudin kepada Bisnis pada Senin (2/9/2024).

Wahyudin juga menambahkan bahwa peningkatan fokus pada asuransi kumpulan oleh perusahaan-perusahaan atau organisasi turut menjadi faktor. Hal ini, menurutnya, bisa mengurangi kebutuhan individu untuk membeli asuransi secara mandiri.

Selain itu, Wahyudin menyoroti keterbatasan literasi keuangan dan produk asuransi yang kurang relevan sebagai penyebab penurunan tertanggung perorangan. "Kurangnya pemahaman tentang pentingnya asuransi jiwa bisa membuat individu ragu-ragu untuk mengambil keputusan asuransi secara mandiri," tambahnya.

Untuk mengatasi kondisi ini, Wahyudin menyarankan sejumlah langkah strategis. Pertama, meningkatkan edukasi dan literasi keuangan melalui program-program pemerintah. Kedua, mendorong inovasi produk asuransi yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini, seperti asuransi bagi UMKM dan keluarga muda dengan tarif yang terjangkau. Ketiga, memperkenalkan regulasi yang mendukung aksesibilitas, dan keempat, keterjangkauan asuransi perorangan, termasuk insentif pajak atau subsidi premi.

Abitani Taim, Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA), menilai bahwa penurunan tertanggung perorangan juga bisa disebabkan oleh pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) atau "spin-off" yang menyebabkan perpindahan pencatatan dari AAJI ke Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Selain itu, meningkatnya jumlah peserta yang menebus polis di tengah kontrak atau lapse juga menjadi faktor.

"Jika penyebabnya adalah meningkatnya lapse, ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap asuransi jiwa belum sepenuhnya pulih," kata Abitani.

Meski terjadi penurunan jumlah tertanggung perorangan, nilai premi dari kepemilikan perorangan justru meningkat 0,6% menjadi Rp71,60 triliun. Sementara itu, premi dari kepemilikan kumpulan naik 12,2% menjadi Rp16,89 triliun pada semester I/2024. Uang pertanggungan juga meningkat signifikan, dengan total mencapai Rp6.700 triliun, naik 28,9% yoy. Uang pertanggungan perorangan mencapai Rp2.730 triliun, dan uang pertanggungan kumpulan mencapai Rp3.980 triliun, yang naik 59,2% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper