Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta industri perbankan Indonesia meningkatkan daya tahan digital seiring perkembangan teknologi keuangan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa digitalisasi merupakan suatu keniscayaan bagi seluruh bank sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi dan pergeseran kebutuhan nasabah yang mengarah pada layanan digital.
“Oleh karena itu, persaingan di layanan digital perbankan merupakan bagian dari persaingan bisnis bank yang sudah umum terjadi. Untuk menghadapi persaingan di era digital, OJK memandang bahwa bank perlu meningkatkan resiliensi digitalnya,” katanya dalam jawaban tertulis kepada wartawan, dikutip Minggu (15/9/2024).
Dian memaparkan, resiliensi digital terdiri atas 3 aspek, yaitu resiliensi terhadap dinamika bisnis, resiliensi terhadap disrupsi/gangguan, serta resiliensi nasabah.
Selain itu, dirinya juga menggarisbawahi bahwa bank digital yang saat ini turun gelanggang merupakan pemain lama yang melakukan konversi model bisnis dari bank konvensional.
“Bank digital baru tersebut memiliki induk usaha, baik berupa bank atau non bank yang dapat memberikan dukungan terhadap ketahanan bank dimaksud untuk menghadapi persaingan, baik dari sisi permodalan, bisnis, maupun infrastruktur teknologi informasi,” tandasnya.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, digital banking di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal II/2024, Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi digital banking mencapai 5,36 juta transaksi atau tumbuh sebesar 34,49% (yoy).
Tren peningkatan transaksi ini juga sejalan dengan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Total aset perbankan di Indonesia pada semester I/2024 mencapai Rp12.048,21 triliun, naik 9,01% secara tahunan (year-on-year/YoY) ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagian besar bank digital berada pada kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) II dan KBMI I, yang masing-masing terdiri dari modal inti sebesar Rp6 triliun–Rp14 triliun dan di bawah Rp6 triliun.
Dari segi kinerja, PT Bank Seabank Indonesia (Seabank) masih menjadi kampiun dalam raihan aset, dengan besaran Rp31,25 triliun per Juni 2024. Jumlah itu naik tipis 1,18% yoy dari posisi Rp30,88 triliun.
Posisi kedua ditempati oleh PT Bank Jago Tbk. (ARTO) yang mencatatkan kenaikan aset signifikan menjadi Rp24,25 triliun atau sebesar 28,54% yoy. PT Bank Neo Commerce Tbk atau BNC (BBYB) menyusul di belakangnya dengan aset senilai Rp19,06 triliun pada semester I/2024, kendati turun 2,89% yoy dari sebelumnya sebesar Rp19,62 triliun.