Bisnis.com, JAKARTA — PT Zurich General Takaful Indonesia (Zurich Syariah) memutuskan untuk fokus pada pengembangan bisnis baru ketimbang membidik Unit Usaha Syariah (UUS) yang tak dilanjutkan oleh beberapa perusahaan asuransi akibat kewajiban spin-off. Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur Zurich Syariah, Hilman Simanjuntak, dalam acara Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2024 di Jakarta, Rabu (18/9/2024).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Juli 2024, sebanyak 29 UUS telah mendirikan perusahaan asuransi atau reasuransi syariah secara mandiri, sementara 12 UUS lainnya memilih untuk mengalihkan portofolio syariah mereka kepada perusahaan asuransi syariah lainnya.
Hilman menjelaskan, Zurich Syariah telah membahas strategi ini sejak proses spin-off yang dilakukan pada 1 September 2021, dan tetap konsisten dengan fokus pada pertumbuhan bisnis baru. "Kami melihat bahwa penetrasi industri asuransi di Indonesia masih sangat rendah, kurang dari 5%. Daripada fokus pada yang sudah ada, kami memilih untuk mengembangkan 95% pasar yang belum tersentuh," ujarnya.
Baca Juga
Zurich Syariah optimistis bahwa industri asuransi syariah akan terus tumbuh, didorong oleh regulasi spin-off, masuknya pemain baru, serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi syariah. Hilman menyebutkan, pertumbuhan Zurich Syariah pasca spin-off stabil di atas 20% per tahun.
Data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AAS) menunjukkan bahwa aset perusahaan asuransi umum syariah meningkat dari Rp6,94 triliun pada April 2022 menjadi Rp8,11 triliun pada April 2023, mencerminkan tren pertumbuhan positif. Hilman menambahkan, inovasi produk yang sesuai kebutuhan nasabah serta kolaborasi dengan berbagai ekosistem menjadi kunci sukses Zurich Syariah.
Hingga Juli 2024, Zurich Syariah mencatat pertumbuhan pendapatan kontribusi bruto sebesar 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, didukung oleh kebijakan pemerintah dan meningkatnya kesadaran masyarakat atas manfaat asuransi berbasis syariah.