Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WOM Finance dan BCA Finance Belum Berencana Terbitkan Obligasi usai BI Rate Turun

WOM Finance dan BCA Finance masih melihat pasar sebelum berencana menerbitkan obligasi pada tahun ini.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang BCA Finance di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang BCA Finance di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan pembiayaan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) dan PT BCA Finance belum memiliki rencana untuk menerbitkan surat utang atau obligasi untuk memperkuat pendanaan mereka pada sisa tahun 2024, meskipun penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI Rate berpotensi menghasilkan return yang lebih tinggi untuk obligasi.

Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa Hadi mengatakan WOM Finance masih akan melihat keadaan pasar dalam melakukan penerbitan obligasi sebagai salah satu strategi memperkuat pendanaan perusahaan. Pihaknya justru melihat penurunan suku bunga BI sebagai langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. 

“Sebagai perusahaan pembiayaan, WOM Finance tentunya akan terpengaruh oleh perubahan suku bunga. Ekspektasinya tentu saja ketika suku bunga turun, beban pinjaman menjadi lebih murah,”  kata Cincin kepada Bisnis, Kamis (26/9/2024).

Dia juga berharap dengan penurunan suku bunga maka akan berdampak pada penurunan cost of fund yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Di sisi lain, Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim mengatakan pihaknya masih mengandalkan pembiayaan bersama (joint financing) dan pinjaman bank. 

“Kami belum ada rencana untuk penerbitan obligasi ,masih akan mengandalkan skema kerjasama JF dan pinjaman bank,” katanya. 

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memandang perusahaan multifinance akan memanfaatkan momentum penurunan BI Rate untuk mengganti surat utang mahal ke lebih murah. Namun demikian, tampaknya perusahaan multifinance masih belum agresif untuk menerbitkan obligasi pasca pemangkasan suku bunga tersebut. 

“Seiring dengan suku bunga yang lebih rendah, mereka bisa mengganti surat utang mahal mereka dengan yang lebih murah melalui refinancing,” kata Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin saat dihubungi Bisnis, pada Selasa (24/9/2024). 

Dengan menerbitkan surat utang yang lebih murah, Ahmad menyebut perusahaan multifinance bisa memperbaiki leverage keuangan mereka. Namun demikian, industri multifinance tampaknya masih butuh jeda untuk meningkatkan penerbitan obligasi. 

Untuk sementara ini, lanjut Ahmad, refinancing masih menjadi tema utama di lingkungan transisi menuju suku bunga yang lebih rendah. Kebutuhan pendanaan untuk modal kerja dan ekspansi dalam rangka mengantisipasi peningkatan permintaan masih membutuhkan beberapa waktu. 

“Maklum, meski telah dipangkas, suku bunga saat ini masih relatif tinggi, yang mana pada akhirnya berdampak pada permintaan jasa multifinance yang masih lemah,” kata Ahmad. 

Berikut ini realisasi penerbitan surat utang korporasi berdasarkan sektor industri periode Januari—Agustus 2024: 

Sektor

Januari—Agustus 2023

Januari—Agustus 2024

Multifinance

Rp25,9 triliun

Rp18,01 triliun

Pulp dan Kertas

Rp11,67 triliun 

Rp13,7 triliun

Lembaga Keuangan Khusus

Rp7,38 triliun

Rp9,99 triliun

Perbankan

Rp6,39 triliun

Rp8,59 triliun

Perusahaan Induk 

Rp5,95 triliun

Rp8,32 triliun

Pembiayaan Non-Multifinance

Rp7,24 triliun 

Rp7,27 triliun

Pertambangan 

Rp6,55 triliun

Rp6,92 triliun

Telekomunikasi

Rp8,47 triliun

Rp3,98 triliun

Kimia

Rp1,25 triliun 

Rp1,78 triliun

Properti

NA

Rp1,42 triliun

Perdagangan dan Distribusi

Rp2,43 triliun

Rp1,37 triliun

Layanan Kesehatan 

NA

Rp1,32 triliun

Manufaktur

Rp975 miliar

Rp1,2 triliun

Sewa Kendaraan dan Transportasi

NA

Rp1 Ttiliun 

Jalan Tol

NA

Rp932 miliar

Listrik dan Energi

Rp939 miliar

Rp750 miliar

Konstruksi

Rp630 miliar

Rp537 miliar

Makanan dan Minuman 

Rp150 miliar

Rp531 miliar

Obyek Wisata dan Rekreasi

NA

Rp503 miliar

Modal Ventura 

Rp390 miliar 

Rp450 miliar

Farmasi 

NA

Rp400 miliar

Sekuritas

Rp408 miliar

Rp388 miliar

Bandara 

NA

Rp254,76 miliar

Perkebunan 

Rp425 miliar

Rp61,85 miliar

Perkapalan

Rp550 miliar

NA

Total 

Rp87,17 triliun 

Rp89,736 triliun 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper