Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat klaim industri asuransi umum mencapai Rp22,57 triliun pada semester I/2024. Angka klaim tersebut meningkat 12,1% secara tahunan (year on year/yoy) dari sebelumnya Rp20,12 triliun pada semester I/2023.
Dari total klaim tersebut, asuransi kredit menjadi klaim yang paling tertinggi mencapai Rp8,3 triliun. Angka tersebut naik 35,4% yoy apabila dibandingkan Rp6,13 triliun pada semester I/2023.
Ketua Umum AAUI Budi Herawan mengungkapkan bahwa peningkatan klaim asuransi kredit tersebut disebabkan lantaran tingginya default klaim atau risiko gagal bayar oleh debitur yang ditanggung oleh asuransi kredit.
Budi menyebut ketidakmampuan pembayaran oleh debitur tersebut didorong oleh fenomena pinjaman online (pinjol) hingga judi online (judol).
“Pertumbuhan klaim [asuransi kredit] ini juga disebabkan adanya default klaim, sekitar 75%. Default klaim ini terjadi karena masyarakat terlilit dalam satu siklus pinjol dan judol, sehingga ini mempengaruhi terhadap konsumsi pembayaran terhadap asuransi kredit itu sendiri,” kata Budi dalam konferensi pers kinerja asuransi umum semester I/2024 di Jakarta, Senin (30/9/2024).
Klaim asuransi umum tertinggi juga tercatat pada lini bisnis asuransi kendaraan yang klaimnya mencapai sebanyak Rp3,52 triliun.
Baca Juga
Namun, untuk kenaikannya hanya sekitar 5,4% yoy dari sebelumnya Rp3,34 triliun, cenderung lebih kecil apabila dibandingkan lini bisnis lainnya.
Kemudian, disusul asuransi kesehatan yang klaimnya mencapai Rp3,4 triliun, naik 11,8% yoy dibandingkan Rp3,04 triliun pada semester I/2023.
Wakil Ketua untuk Bidang Riset dan Statistik AAUI Trinita Situmeang menambahkan asuransi kredit dan kesehatan memang masih menjadi tantangan tersendiri bagi industri asuransi umum. Pasalnya klaimnya masih tinggi dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Kalau untuk asuransi kredit, ini sepertinya klaim untuk default ini secara numbers, secara profil, masih akan kami hadapi, karena dia memang profilnya seperti itu Kemudian untuk asuransi kesehatan juga memang harus dilihat, memang tercermin dari biaya kesehatan saat ini, naiknya cukup besar. Ini menjadi PR bersama baik perusahaan asuransi umum maupun perusahaan asuransi jiwa,” kata Trinita.
Trinita mengatakan untuk memberantas kenaikan klaim kesehatan tersebut, semua pihak harus berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan, terutama dalam memanage klaim yang berkaitan dengan fraud.
Namun demikian, Trinita menyebut bahwa pihaknya tidak melihat bahwa ada fraud, namun memang kenaikan biaya yang memang menjadi pekerjaan rumah bagi perusahaan asuransi untuk melihat kembali lini bisnis ini.
“Dan memang diperlukan integrasi policy bagi industri asuransi untuk bisa tetap memasarkan produk ini dan konsekuensi dari pemasaran produk ini adalah mendapatkan hasil yang sesuai dengan ekspektasi. Itu sih yang perlu disimpan. Jadi, memang harus ada sesuatu pembenahan atau improvement yang dilakukan berkenaan dengan lini bisnis ini,” katanya.