Bisnis.com, JAKARTA - Daya beli masyarakat yang turun menjadi peluang bagi peningkatan pinjaman alternatif seperti pergadaian. Sampai Agustus 2024, penyaluran pinjaman perusahaan pergadaian mengalami peningkatan sebesar 25,83% yoy menjadi Rp84,18 triliun.
Direktur PT Budi Gadai Indonesia Budiarto Sembiring mengatakan saat daya beli turun, masyarakat membutuhkan pinjamanan dana yang cepat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pinjaman dana yang cepat ini dapat dipenuhi oleh pendanaan alternatif non-bank seperti pergadaian, termasuk P2P lending atau pinjaman online (pinjol).
"Prospek bisnis pergadaian ke depan sangat baik karena kebutuhan dana cepat terus meningkat. Namun, tantangannya termasuk persaingan dari fintech dan regulasi yang ketat," kada Budi kepada Bisnis, Kamis (31/10/2024).
Adapun pertumbuhan pinjaman P2P lending per Agustus 2024 mencatatkan angka dua digit, yakni tumbuh 35,62% yoy dengan nominal outstanding sebesar Rp72,03 triliun.
Untuk menghadapi tantangan berupa persaingan pasar dengan P2P lending itu, Budi mengatakan perusahaan pergadaian perlu lebih menggencarkan edukasi dan literasi ke masyarakat tentang manfaat pergadaian.
Sementara terkait dengan regulasi, OJK berencana akan menaikkan batas modal minimal yang harus dipenuhi perusahaan pergadaian.
Rencananya, modal disetor untuk perusahaan pergadaian dengan skala usaha kabupaten/kota menjadi Rp3 miliar dari sebelumnya Rp500 juta. Untuk lingkup wilayah usaha provinsi menjadi Rp10 miliar dari Rp2,5 miliar. Sementara untuk skala usaha nasional tetap sebesar Rp250 miliar.
"Rencana OJK untuk menaikkan syarat modal minimal dapat memperkuat industri pergadaian, tetapi bisa menyulitkan perusahaan kecil. Dampaknya adalah peningkatan stabilitas bagi yang mampu memenuhi syarat, sementara perusahaan kecil mungkin terpaksa keluar dari pasar," kata Budi.
Agar perusahaan pergadaian bisa mencapai modal minimal itu, Budi mengatakan mereka bisa mengambil strategi berupa memperluas layanan outlet dan meningkatkan efisiensi operasional.
Sementara itu, Sekretaris Perkumpulan Perusahaan Gadai Indonesia (PPGI) Holilur Rohman juga melihat prospek bisnis pergadaian ke depan akan terus tumbuh.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh kondisi saat ini di mana masih banyak kota-kota di luar Jawa yang belum terlayani oleh lembaga pembiayaan perbankan. Di sisi lain, menurutnya yang menjadi tantangan adalah lebih kepada literasi dan inklusi keuangan di daerah-daerah tersebut.
Ihwal syarat modal yang akan dinaikkan, Holil berkomitmen bahwa anggota PPGI atau perusahaan pergadaian lainnya sudah siap untuk melaksanakan rencana OJK tersebut.
"Strateginya, para pemilik perusahaan pergadaian menaikkan investasinya ke industri pergadaian karena prospeknya baik dan aman, mereka bisa merger atau menggandeng investor baru," pungkasnya.