Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Asuransi Jiwa Optimistis Unit Linked Bisa Tumbuh Kembali pada 2024

Sampai dengan September 2024, AAJI mencatat industri asuransi jiwa memperoleh total pendapatan sebanyak Rp166,27 triliun.
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memproyeksikan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit linked bisa kembali bertumbuh pada tahun depan, meskipun saat ini masih mengalami penurunan.

Per kuartal III/2024, AAJI mencatat perolehan premi berdasarkan produk unit linked mencapai sebanyak Rp53,82 triliun yang mana mengalami penurunan 16,4% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp64,37 triliun.

Sementara itu, produk tradisional, perolehan preminya mencapai Rp78,46 triliun yang mana naik 15,9% yoy dari sebelumnya Rp67,67 triliun per September 2023. 

Namun demikian, Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon mengungkapkan untuk mendukung pertumbuhan tersebut, industri asuransi jiwa perlu memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung pemasaran unit linked yang lebih efektif. 

“Teknologi adalah jawabannya. Investasi secara digital agar pemasaran unit linked sangat tepat kepada orang per orang. Ini menjadi langkah ke depan industri asuransi jiwa,” kata Budi dalam konferensi pers kinerja industri asuransi jiwa Januari—September 2024 pada Jumat (29/11/2024) di Jakarta. 

Budi juga menyoroti pentingnya edukasi ulang pasar, pelatihan tenaga pemasar, dan dukungan digital untuk mendukung pertumbuhan unit link. Dia berharap produk unit linked bersama produk tradisional bisa tumbuh bersama. 

“Kita perlu edukasi ulang market, training ulang tenaga pemasar, dan dukungan digital agar unit linked bisa tumbuh kembali,” katanya. 

Dia menekankan pentingnya keseimbangan antara produk unit linked dan tradisional dalam mendukung stabilitas perusahaan asuransi. Menurutnya aabila terlalu dominannya satu produk akan berisiko. 

“Terlalu besar di unit linked tidak baik. Terlalu besar di produk tradisional juga tidak baik. Tapi mungkin antara 40-60, 60-40, itu ideal. Enggak mesti persis di 50-50,” katanya.

Di sisi lain, Ketua Bidang Bisnis Syariah AAJI, Paul Kartono menyampaikan bahwa penurunan unit linked pada 2023 sebagian besar disebabkan oleh implementasi aturan baru terkait PAYDI oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

“Banyak proses penjualan yang berubah, seperti harus direkam. Ini masalah kebiasaan, baik untuk tenaga pemasar maupun customer,” kata Paul.

Meski demikian, Paul optimistis bahwa proses adaptasi ini akan berbuah positif. Dia menjelaskan bahwa seiring berjalannya waktu, kebiasaan dalam menghadapi aturan baru mulai kembali normal.

Tenaga pemasar yang sebelumnya membutuhkan waktu lama dalam proses penjualan kini sudah lebih terbiasa, dan para nasabah juga semakin memahami bentuk produk unit link yang baru. Paul juga menegaskan bahwa setiap jenis produk asuransi memiliki pasarnya masing-masing. 

“Unit linked maupun tradisional memiliki pasar-pasar sendiri. Jika tenaga pemasar dan customer terbiasa dengan produk unit linked yang baru, proses penjualan akan semakin cepat dan produk unit linked akan kembali tumbuh,” katanya.

Sampai dengan September 2024, AAJI mencatat industri asuransi jiwa memperoleh total pendapatan sebanyak Rp166,27 triliun, yang mana naik 2,1% yoy dari Rp162,87 triliun. Hal tersebut didorong oleh peningkatan hasil investasi yang mencapai Rp26,95 triliun, yang naik 15,1% dari sebelumnya Rp23,42 triliun.

Total pendapatan premi juga mengalami kenaikan 0,2 yoy menjadi Rp132,27 triliun. Total aset industri asuransi jiwa mencapai sebanyak Rp630,12 triliun, naik 3,2% yoy dari Rp610,79 triliun. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper