Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan alias BI Rate pada level 6% pada periode Desember 2024. Keputusan itu diambil di tengah momentum stimulus ekonomi oleh pemerintah sebagai kompensasi atas berlakunya pajak pertambahan nilai (PPN) 12%.
Suku bunga yang relatif tinggi berdampak penyaluran kredit oleh perbankan, salah satunya terhadap segmen korporasi. Hal ini diamini oleh Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah.
“Suku bunga pinjaman yang cenderung tinggi dapat membatasi minat korporasi untuk mengambil kredit baru, terutama untuk proyek yang memiliki margin keuntungan tipis,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (18/12/2024).
Kendati demikian, dia memandang bahwa suku bunga bukan satu-satunya faktor penentu. Beberapa faktor yang turut berpengaruh adalah kondisi likuiditas perbankan, profil risiko debitur, serta dinamika sektor usaha dari debitur.
Dari sisi bank, penyaluran kredit akan cenderung dilakukan dengan lebih selektif, dengan fokus utama kepada debitur dengan profil risiko rendah maupun proyek dengan potensi baik.
Selain itu, Efdinal memandang bahwa tekanan dapat dialami oleh sejumlah sektor yang sensitif terhadap suku bunga, misalnya properti atau infrastruktur.
“Sebaliknya, sektor dengan arus kas stabil seperti sektor komoditas atau consumer goods mungkin tetap diminati oleh bank,” tuturnya.
Adapun, selain menahan suku bunga pada level 6%, BI melaporkan pertumbuhan kredit perbankan per November 2024 sebesar 10,79% secara tahunan (year on year/YoY). Angka ini melambat dari 10,92% YoY pada bulan lalu.
Meskipun demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo menilai bahwa pertumbuhan ini tetap kuat, tecermin dari minat penyaluran kredit perbankan yang terjaga, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan pendanaan dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).
Perry menambahkan pertumbuhan kredit ini juga didukung oleh kinerja usaha koperasi yang terjaga, termasuk korporasi berorientasi ekspor.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit pada 2024 diprakirakan tetap berada pada kisaran 10–12% dan akan meningkat pada 2025 dengan kisaran 11%–13%," katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI.