Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan tidak lagi memberikan insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) untuk perbankan yang memberikan pembiayaan terhadap sektor hilirisasi mineral dan batu bara per Januari 2025.
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) Nugroho Joko Prastowo menyampaikan bahwa bank sentral menyalurkan insentif KLM untuk sektor yang memiliki kapasitas penyerapan tenaga kerja tinggi.
Menurutnya, berdasarkan arahan Presiden Prabowo Subianto, insentif akan dikucurkan untuk hilirisasi sektor pertanian atau hilirisasi pangan dan sektor padat karya lainnya.
“Hilirisasi meski Januari sudah tidak diberikan untuk minerba, kalau pangan masih walaupun masuk sektor pertanian [hilirisasi pangan],” ujarnya dalam Pelatihan Wartawan BI di Kantor Perwakilan BI Aceh, Jumat (7/2/2025).
Sementara itu, Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa per November 2024, kredit bank umum terhadap sektor pertambangan dan penggalian mencapai Rp360,7 triliun.
Realisasi itu tumbuh 30,41% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp276,58 triliun per November 2024. Porsi kredit ke sektor ekonomi ini mencapai 4,61% dari penyaluran kredit yang sebesar Rp7.816,67 hingga waktu yang sama.
Baca Juga
Pada laporan Surveillance Perbankan Indonesia Kuartal III/2024, OJK juga mencatat bahwa sektor pertambangan dan penggalian menyumbang porsi 4,51% dari total kredit perbankan.
Menurut OJK, pertumbuhan itu diiringi oleh perbaikan risiko kredit yang tecermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang turun per September 2024.
Nominal NPL pada sektor pertambangan dan penggalian tercatat turun Rp1,37 triliun, atau melandai dari 2,13% menjadi 1,28% secara rasio. Penurunan nominal NPL ini menjadi yang terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan (Rp1,47 triliun).
“Perbaikan rasio NPL tersebut utamanya didorong oleh subsektor pertambangan batu bara, penggalian gambut, gasifikasi batu bara, dan pembuatan briket batu bara,” tulis laporan OJK, dikutip Senin (10/2/2025).
Sementara itu, sejumlah bank menyatakan masih memiliki portofolio kredit yang cukup besar pada sektor mineral dan batu bara.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), misalnya, memandang bahwa hilirisasi bukan sesuatu yang baru. Hal ini seiring dengan cakupan portofolio kredit perseroan pada minerba, perkebunan, hingga kehutanan.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjelaskan bahwa capaian tersebut menunjukkan pengalaman BNI dalam menyalurkan pembiayaan hilirisasi maupun menjalankan inovasi di dalam produk terkait.
“Jadi, kita sudah punya portofolio yang kurang lebih Rp60 triliun di sini,” katanya dalam paparan kinerja keuangan BNI 2024, Rabu (22/1/2025).