Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah simpanan perorangan Indonesia terpantau menurun pada Februari 2025.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) bertajuk Uang Beredar dan Faktor yang Mempengaruhi pada Jumat (21/3/2025), jumlah dana pihak ketiga (DPK) perorangan tercatat sebesar Rp3.998,7 triliun per Februari 2025.
Jumlah tersebut menurun dari posisi Januari 2025 lalu pada angka Rp4.012,3 triliun. Sementara itu, secara tahunan jumlah DPK perorangan juga masih terkontraksi 1,8% secara year on year (yoy) setelah turun 3,4% yoy pada Januari 2025.
"Jumlah DPK perorangan tersebut terdiri atas tabungan sebesar Rp2.491,1 triliun, disusul simpanan berjangka sebesar Rp1.394,9 triliun, serta giro sebanyak Rp112,6 triliun," demikian kutipan laporan tersebut.
Meski masyarakat perorangan makin susut nilai kekayaan tabungannya, kondisi berbeda di korporasi. DPK konglomerasi terpantau sebesar Rp4.190,4 triliun pada Februari 2025, tumbuh sebesar 12,9% setelah pada bulan sebelumnya mencatat kenaikan 14,1%.
Selanjutnya, jumlah tabungan secara keseluruhan adalah Rp2.842,3 triliun atau naik 6,8% yoy setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 6,2%. Adapun, jumlah simpanan berjangka per Februari 2025 sebanyak Rp3.178,3 triliun, tumbuh 3,5% yoy setelah naik 2,6% yoy pada Januari 2025.
Baca Juga
Di sisi lain, jumlah giro terpantau sebesar Rp2.591,9 triliun atau tumbuh 5,3% yoy setelah pada Januari 2025 tumbuh sebesar 6,2% yoy.
Sementara itu, secara umum total penghimpunan DPK pada Februari 2025 tercatat sebesar Rp8.612,5 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 5,1% yoy dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,8%, yoy.
Jumlah uang beredar atau M2 pada Februari 2025 tercatat sebesar Rp9.239,9 triliun, atau tumbuh sebesar 5,7% yoy. Pertumbuhan itu lebin tinggi dibandingkan pada Januari 2025 sebesar 5,5% yoy.
Berdasarkan komponennya,perkembangan M2 didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,4% yoy dan uang kuasi sebesar 1,8% yoy. Komponen M1 dengan pangsa 55,7% dari M2, pada Februari 2025 tercatat Rp5.146,0 triliun atau tumbuh sebesar 7,4% yoy, setelah tumbuh sebesar 7,2% yoy pada bulan sebelumnya.
"Perkembangan M1 terutama disebabkan oleh perkembangan uang kartal. di luar bank umum dan BPR, serta tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu," jelas laporan tersebut.