Bisnis.com, JAKARTA - Kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri atau bank asing mencatatkan kinerja beragam sepanjang tahun lalu, meski secara umum masih membukukan pertumbuhan kinerja.
Jika mengutip data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK, pada 2024 kelompok bank asing membukukan laba senilai Rp13,65 triliun atau meningkat 10,47% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp12,36 triliun.
Sejalan dengan pertumbuhan laba, penyaluran kredit kepada pihak ketiga dari kelompok bank asing juga mengalami kenaikan sebesar 3,22% YoY menjadi Rp179,95 triliun. Sementara, himpunan dana pihak ketiga (DPK) bank asing tercatat Rp247,91 triliun, naik 5,63% YoY.
Salah satu bank asing yang beroperasi di Indonesia, Citibank N.A. Indonesia (Citi Indonesia) menyampaikan telah membukukan laba bersih sebesar Rp2,6 triliun pada 2024. Nilai ini meningkat dari capaian 2023 yang senilai Rp2,51 triliun.
Adapun Citibank akan melangsungkan paparan kinerja keuangannya pada Kamis (24/4/2025) pekan depan. Namun, Citibank telah membeberkan hasil kinerja keuangan pada 2024.
Melansir undangan Citi Indonesia yang didapatkan Bisnis, dikutip Sabtu (19/4/2025), Director & Country Head Public Affairs Citi Indonesia Puni A. Anjungsari mengatakan perekonomian Indonesia pada 2024 mencatatkan pertumbuhan yang stabil, dengan angka pertumbuhan sebesar 5,03%, sedikit lebih rendah dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar 5,05%.
Meskipun capaian pertumbuhan ekonomi ini berada di bawah target pemerintah, tulis Citi Indonesia, konsumsi domestik tetap menunjukkan tren yang positif.
Menurut perusahaan, hal ini mencerminkan daya beli masyarakat yang terjaga. Citi Indonesia juga menyebut jika kinerja ekonomi ini turut diperkuat oleh inflasi yang terkendali di kisaran 2,8%, sehingga menciptakan iklim ekonomi yang relatif stabil.
"Seiring dengan dinamika ekonomi nasional tersebut, Citibank, N.A., Indonesia [Citi Indonesia] berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,6 triliun pada tahun 2024," kata Puni dalam undangan yang didapatkan Bisnis, dikutip Sabtu (19/4/2025).
Dia membeberkan pencapaian laba bersih senilai Rp2,6 triliun tersebut disebabkan oleh beban operasional Citi yang lebih efisien.
Pertumbuhan laba bersih juga dialami oleh MUFG Bank, Ltd., Kantor Cabang Jakarta (MUFG Jakarta) dengan catatan laba bersih Rp6,9 triliun sepanjang tahun lalu. Nilai laba bank asal Jepang ini tumbuh 18% YoY.
Dalam keterangan resmi yang dirilis pada akhir bulan lalu, perseroan menyampaikan pencapaian ini terutama didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang meningkat sebesar 12% YoY senilai Rp 10,2 triliun pada periode yang sama.
Logo MUFG/Istimewa
Rasio Return on Equity (ROE) tercatat mencapai 5,3%, meningkat dibandingkan 5,0% pada tahun sebelumnya. Fungsi intermediasi yang dilakukan oleh MUFG Jakarta juga menunjukkan kinerja positif, dengan pertumbuhan kredit sebesar 19% YoY mencapai Rp 106,5 triliun, dengan rasio NPL yang terjaga rendah sebesar 0,2% .
Pertumbuhan kredit ini terutama didorong oleh segmen bisnis Global Corporate, sementara segmen bisnis Japanese Corporate tetap kuat dalam mempertahankan portofolio kreditnya pada periode yang sama.
Di sisi pendanaan, MUFG menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp52,4 triliun dengan rasio pendanaan murah. Total aset tumbuh sebesar 4% (yoy) menjadi Rp 201,6 triliun.
"Kinerja sepanjang 2024 diraih berkat hubungan dan dukungan yang baik dari nasabah kami. Hal ini juga merupakan bukti nyata kemampuan MUFG dalam memanfaatkan jaringan global yang kuat serta kolaborasi dengan seluruh entitas grup untuk menyediakan solusi komprehensif," ujar Kazushige Nakajima, Executive Officer, Country Head of Indonesia MUFG Bank dalam siaran pers.
Selain itu, Bank of China Jakarta Branch mencatatkan laba senilai Rp1,65 triliun sepanjang tahun lalu. Nilai ini tumbuh 24,76% YoY dibandingkan kinerja tahun sebelumnya. Laba ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 25,68% YoY menjadi Rp2,92 triliun dari Rp2,31 triliun.
Deutsche Bank juga tercatat membukukan kenaikan laba bersih tahun berjalan sebesar 9,45% YoY dari Rp679,28 miliar dan Rp743,52 milar.
Jika bank-bank tersebut membukukan pertumbuhan laba, Standard Chartered Bank Indonesia mencatatkan penurunan laba bersih 30,83% YoY dari Rp432,80 miliar menjadi Rp299,38 miliar.
Meskipun mencatatkan penurunan laba bersih, Standard Chartered sebenarnya membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih 19,47% YoY dari Rp2,42 triliun menjadi Rp2,89 triliun sepanjang tahun lalu.
Sebelumnya, terkait dengan bisnis bank asing, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan hingga Desember 2024, pangsa pasar bank asing dan kantor cabang bank asing di Tanah Air baru mencapai sebesar 24,95%.
"Meningkat dari sebesar 24,70% pada Desember 2023," ujar Dian dalam jawaban tertulis pada Jumat (21/2/2025).
Dari sisi kontribusi penyaluran kredit, tercatat sebesar Rp1.724,48 triliun atau 22,03% dari total penyaluran kredit perbankan Indonesia. Untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank asing mencapai Rp1.920,58 triliun atau 21,73% dari total penghimpunan DPK perbankan nasional.
Menurutnya, dengan kondisi tersebut, ruang partisipasi bank asing di Indonesia masih sangat terbuka untuk berkontribusi pada industri perbankan.
Hal ini sesuai dengan risk appetite investor asing yang masih tinggi. "Sejalan dengan kebutuhan foreign direct investment [FDI] dan peningkatan likuiditas valas di Indonesia," kata Dian.
Adapun, jumlah bank asing di Indonesia saat ini kian menyusut. Sejumlah bank asing memilih untuk hengkang maupun melebur bisnisnya ke bank lain dalam beberapa waktu terakhir.
Misalnya, Bank Commonwealth efektif merger dengan OCBC Indonesia pada 1 September 2024, menjadi satu di bawah entitas PT Bank OCBS NISP Tbk. Selain itu, Bangkok Bank juga telah dicabut izinnya oleh OJK pada 29 November 2022 karena telah terintegrasi dengan PT Bank Permata Tbk. (BNLI).
Rabobank juga pamit pada 22 April 2019 usai diakuisisi BCA, yang kemudian diubah nama menjadi Bank Interim dan pada akhirnya digabungkan dengan BCA Syariah.
Bank asing juga tercatat telah melepas sebagian bisnisnya di Indonesia. Pada 2022, Citigroup melepas bisnis retail banking Citibank N.A. Indonesia atau Citi Indonesia kepada UOB Group.
Selain Citi, Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) juga menandatangani perjanjian pengalihan sejumlah portofolio kredit yang termasuk ke dalam bisnis konsumer kepada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN).
Di antara portofolio kredit yang dilepas SCBI adalah kredit pemilikan rumah (KPR) dan kartu kredit. Kredit perorangan (personal loan) dan auto loan milik SCBI pun akan dialihkan ke Bank Danamon. Pada 2018, PT Bank ANZ Indonesia juga telah melepas divisi ritel ke PT Bank DBS Indonesia.