Bisnis.com, JAKARTA — Pergantian pimpinan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI turut menjadi perhatian para investor dan pelaku ekonomi syariah. Mereka mengharapkan sosok berintegritas yang nantinya akan memimpin bank syariah terbesar di Indonesia itu.
BSI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan atau RUPST pada hari ini, Jumat (16/5/2025). Pemegang saham akan menetapkan dividen dan susunan manajemen baru BSI.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan bahwa dinamika perubahan manajemen BSI membuat saham BRIS telah ter-price-in. Menurutnya, saat ini saham BRIS termasuk dalam kategori bullish pay atau berada dalam tren positif.
Dalam kondisi itu, Nafan meyakini bahwa para investor akan mengharapkan sosok yang kapabel untuk memimpin BSI. Manajemen yang kuat dan berintegritas menjadi kunci bagi BRIS untuk bisa meraih kinerja yang berkelanjutan.
"Diharapkan pimpinan harus menerapkan GCG [good corporate governance] terhadap BRIS, agar mampu menciptakan stabilitas kinerja fundamental BRIS yang berkesambungan," ujar Nafan, Kamis (15/5/2025).
Dia menilai bahwa sentimen ekonomi global maupun domestik relatif kondusif bagi bank syariah, sehingga terdapat peluang bagi BRIS untuk menjaga kinerja. Oleh karena itu, manajemen baru harus mampu menjalankan perusahaan dengan baik.
Baca Juga
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Budi Frensidy juga memberikan catatan, bahwa posisi BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia menjadi sangat penting. BSI ibarat menjadi wajah perbankan dan ekonomi syariah Indonesia di mata internasional.
Keberlanjutan kinerja BSI akan ditentukan oleh sosok yang akan menakhodai bank syariah itu ke depannya. Maka dari itu, Budi meyakini bahwa market mengharapkan sosok profesional yang akan memimpin BRIS selanjutnya.
Menurutnya, para investor dan pelaku pasar modal akan menerima jika pemegang saham menunjuk bankir profesional untuk memimpin BSI. Mereka harus memiliki pengalaman yang cukup, berkomitmen untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, juga memiliki visi untuk mengembangkan perekonomian syariah Tanah Air.
"Saya pikir market akan menerima para bankir profesional yang ditempatkan, selama punya pengalaman yang cukup. Yang tidak bisa diterima adalah jika yang ditugaskan adalah politisi atau titipan," ujar Budi.
Pakar ekonomi syariah sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Irfan Syauqi Beik menilai bahwa perbankan syariah terus berupaya meningkatkan pangsa pasarnya di industri. Oleh karena itu, di tampuk kepemimpinan bank syariah, dibutuhkan sosok-sosok yang kapabel dan berkeinginan kuat untuk memajukan industri.
"Soal pergantian kepemimpinan ini sesuatu yang alami, karena setiap periode mesti ada siklus kepemimpinan yang bisa di-manage dengan baik. Tentu saya berharap siapapun nanti yang ditunjuk oleh pemerintah menjadi nakhoda BSI, harapannya tentu harus punya integritas yang baik," ujar Irfan.
Irfan berkeyakinan bahwa pemimpin yang mampu menghadirkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat akan membawa BSI tumbuh dengan baik, sehingga turut mendorong cita-cita peningkatan pangsa pasar perbankan syariah.
"Kunci kalau ingin tumbuh dan meningkatkan market share secara signifikan adalah harus mampu menjaga relevansi keberadaan bank syariah dengan kebutuhan masyarakat. Inovasi harus menjadi hal yang terus mendapatkan perhatian, mulai dari inovasi sisi produk, dan lainnya," tambahnya.
Dia juga menilai pemimpin BSI harus merupakan seorang pembelajar cepat. Kriteria itu harus dimiliki, baik sang pemimpin berasal dari industri perbankan syariah atau internal BSI sendiri, maupun jika berasal dari industri perbankan konvensional, atau bahkan sektor keuangan non-bank.
"Siapapun itu saya berharap dia adalah seorang pembelajar cepat, yang bisa langsung memahami uniqueness dari industri perbankan syariah, yang bisa memahami value proposition, keunikan nilai yang dimiliki oleh bank syariah," ujar Irfan.
Pemimpin bank syariah juga menurutnya harus menggunakan cara berpikir ekonomi syariah, alih-alih konvensional.
"Dia harus pembelajar cepat, bisa beradaptasi dengan baik, kemudian bisa melakukan berbagai upaya terobosan untuk bisa memperkuat industri perbankan syariah," ujarnya.