Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) berharap program rumah subsidi pemerintah bisa menjadi katalis positif bagi kinerja asuransi properti yang sedang mengalami kontraksi.
Ketua Umum AAUI Budi Herawan menjelaskan bahwa lini usaha asuransi properti tetap menjadi tulang punggung industri asuransi umum, meskipun dalam kuartal I/2025 mencatat kontraksi premi bruto sebesar 14,1% (year on year/YoY) menjadi Rp7,80 triliun.
Budi menjabarkan, penurunan tersebut mencerminkan perlambatan di sektor properti dan infrastruktur serta dinamika ekonomi makro yang mempengaruhi siklus bisnis.
"Namun demikian, AAUI memandang prospek lini ini ke depan masih cukup cerah, terutama dengan hadirnya program rumah subsidi pemerintah yang berpotensi menjadi katalis positif," kata Budi kepada Bisnis, Rabu (18/6/2025).
Seperti diketahui, pemerintah melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) telah menaikkan target pembangunan rumah subsidi menjadi 420.000 unit pada 2025. Angkanya hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Program ini ditujukan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan hunian layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Setiap rumah yang dibangun dan dibiayai melalui KPR subsidi pada dasarnya merupakan objek asuransi yang potensial, khususnya untuk perlindungan risiko kebakaran dan multirisiko properti," ujarnya.
Baca Juga
Dari perspektif industri, lanjut Budi, jumlah unit yang sangat besar dalam program rumah subsidi ini berpotensi mendorong pertumbuhan portofolio premi mikro dan properti residensial secara inklusif dan berkelanjutan.
Sedangkan untuk menyambut program rumah subsidi ini, Budi menjelaskan bahwa industri asuransi umum perlu menyiapkan beberapa langkah strategis seperti pengembangan produk asuransi properti standar.
Budi menjelaskan, produk asuransi kebakaran atau multirisiko dengan premi rendah harus disesuaikan dengan profil risiko dan kemampuan bayar pemilik rumah subsidi. Model bundling dengan KPR subsidi dapat menjadi pendekatan yang efisien dan praktis.
Kedua, perlu ada digitalisasi dan intergasi sistem. Agar peran asuransi dalam program rumah subsidi bisa optimal, menurutnya perlu ada platform digital yang terintegrasi yang dapat mempercepat proses akseptasi, penerbitan polis serta layanan klaim.
"Terakhir adalah peningkatan edukasi konsumen. Edukasi yang konsisten diperlukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya proteksi asuransi, khususnya pada segmen penerima manfaat rumah subsidi yang sebagian besar belum familiar dengan asuransi," pungkasnya.