Berikut hal yang perlu diperhatikan pada RDG hari ini:
Kesepakatan AS-RI
Kesepakatan perdagangan yang diumumkan Selasa (15/7/2025) malam waktu Indonesia, menjelaskan bahwa Indonesia menghadapi tarif yang sedikit lebih rendah daripada Vietnam, yang dikenakan tarif 20% untuk barangnya sendiri dan 40% untuk barang transit.
“Mereka membayar 19% dan kami tidak membayar apa pun. Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Trump kemudian mengatakan di media sosial bahwa barang transit dari negara dengan tarif lebih tinggi akan dikenakan tarif tambahan yang ditambahkan ke tarif yang dibayar Indonesia.
Ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp. (OCBC) Lavanya Venkateswaran menjadi salah satu ekonom yang memprediksikan pemangkasan 25 bps pada hari ini. Melihat pengumuman dari Trump, Venkateswaran mewaspadai detail kesepakatan yang belum disampaikan tersebut.
“Presiden Trump mengatakan Indonesia telah memberikan akses penuh ke pasar domestik bagi AS, jadi detailnya akan krusial untuk memahami apakah pemerintah telah membuka sektor-sektor yang sebelumnya tertutup,” tuturnya.
Perhatikan keputusan Gubernur BI Perry Warjiyo mengenai apakah eksportir Indonesia, yang sudah menghadapi persaingan substansial dari ekonomi seperti China dan Vietnam, dapat menanggung tarif 19%. Negara ini juga harus menghadapi persaingan dari pasar emerging lainnya yang menjual ke pasar selain AS.
Baca Juga
Defisit Perdagangan AS dengan Indonesia Melebar Sejak Pandemi
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini juga mempercepat pembicaraan tentang perjanjian perdagangan lain, termasuk dengan Uni Eropa, dengan harapan menuntaskan kesepakatan tahun ini untuk memastikan pasar ekspor alternatif.
Volatilitas Rupiah
Rupiah telah menguat terhadap dolar AS sejak pertemuan suku bunga BI bulan lalu, berkat melemahnya dolar AS secara luas dan aliran modal asing ke obligasi lokal. Namun, mata uang ini baru-baru ini kehilangan sebagian penguatannya akibat ketegangan tarif dan tetap menjadi yang terlemah di kawasan, turun hampir 1% terhadap dolar AS year-to-date.
Perry mungkin juga ingin mengevaluasi kebijakan keputusan suku bunga Federal Reserve pada akhir Juli, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, untuk lebih memahami risiko aliran modal di masa depan.
Selisih imbal hasil antara Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun dan US Treasury milik AS dengan tenor yang sama telah menyempit menjadi sekitar 200 basis poin, dengan BI melakukan dua kali pemotongan suku bunga tahun ini sementara Fed tetap mempertahankan suku bunga.
Selisih yang lebih sempit mungkin mengurangi daya tarik obligasi lokal, karena investor mungkin merasa tidak cukup diuntungkan dengan memegang instrumen yang relatif lebih berisiko.
Kekhawatiran Pertumbuhan
Salah satu alasan untuk mempertahankan suku bunga adalah memberi waktu bagi stimulus fiskal yang baru diumumkan dan pemotongan suku bunga sebelumnya untuk berdampak pada ekonomi.
Namun, kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi semakin meningkat. Pada 2 Juli, pemerintah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi maksimal 5% tahun ini, turun dari 5,2%. Inflasi tetap rendah pada Juni, mendekati batas bawah kisaran target BI sebesar 1,5%-3,5%.
Penghapusan ketidakpastian terkait kesepakatan perdagangan mungkin memberi ruang bagi bank sentral untuk bertindak.
“Pemerintah telah mencoret item agenda besar dari daftar tugas mereka, meskipun implementasinya masih perlu dilihat. ‘Bola’ kini berada di tangan BI untuk mendorong dukungan pertumbuhan,” kata Venkateswaran dari OCBC.