Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengakui permintaan kredit masih sangat tinggi hingga awal tahun ini meskipun kondisi ekonomi dinilai belum terlalu stabil.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, mengatakan saat ini industri perbankan perlu mewaspadai potensi overheating jika memaksakan diri menyalurkan kredit dalam jumlah besar.
Saat ini, katanya, pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih banyak ditopang oleh impor sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan.
Kondisi seperti ini dinilai justru dapat memberikan dampak buruk bagi kondisi perekonomian Indonesia dan berdampak pada depresiasi rupiah.
“Kita harus menyadarkan masyarakat, jangan terlalu nafsu untuk meningkatkan investasi pada suasana seperti sekarang ini,” katanya, Rabu (5/3/2014).
Adapun, salah satu strategi yang dilakukan untuk mengerem kredit adalah dengan cara menaikkan bunga pinjaman kepada nasabah.
Namun Jahja enggan mengungkapkan kapan rencana tersebut akan direalisasikan. Dia juga belum memberikan kisaran besaran kenaikan suku bunga.
Pada tahun ini, BCA menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 13%-15% pada tahun ini, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada tahun lalu sebesar 21,6%.