Bisnis.com, JAKARTA--- Sejumlah pelaku perusahaan pembiayaan menginginkan suku bunga acuan tetap berada pada level 7,5% atau tidak diubah oleh Rapat Dewan Gubernur BI yang rencananya akan diselenggarakan pada Kamis (13/3).
Ediyanto Djeragan, Direktur PT Reksa Finance, mengatakan pelaku multifinance lebih senang jika BI Rate tetap. “Karena bila dinaikkan dengan sendirinya cost of fund (biaya dana) juga akan naik,” katanya kepada Bisnis, Rabu (12/3/2014).
Kenaikan biaya dana itu diproyeksi bakal terjadi karena sampai saat ini mayoritas sumber pendanaan perusahaan pembiayaan berasal dari pinjaman perbankan, bukan instrumen pasar modal seperti obligasi maupun medium term notes.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pinjaman yang disalurkan oleh bank kepada perusahaan pembiayaan mencapai Rp135,95 triliun pada Januari 2014 atau 96,9% dari total seluruh pendanaan.
Dengan demikian, apabila BI Rate naik, rate dari perusahaan pembiayaan juga berpotensi naik sehingga daya beli dapat mengalami penurunan. Namun, berdasarkan pengalaman pada 2013, Ediyanto mengatakan penaikan suku bunga acuan tidak berpengaruh signifikan.
“Karena ATPM (agen tunggal pemegang merek) otomotif banyak yang me-launching produk baru seperti low cost green car sehingga multifinance yang segmen bisnisnya new vehicle (kendaraan baru) tidak turun bisnisnya,” katanya.
Pada saat itu, lanjut Ediyanto, terdapat kenaikan suku bunga jual di perusahaan pembiayaan. Namun, industri tertolong karena daya beli konsumen otomotif dianggap masih relatif baik.
Dalam kesempatan terpisah, CEO PT Indomobil Finance Gunawan mengharakan pelaku bisnis sebenarnya berharap kestabilan agar asumsi-asumsi yang dipakai untuk menentukan target tidak terlalu terdeviasi.
Kenaikan suku bunga yang tidak signifikan dianggap tidak berdampak terlalu besar terhadap minat beli debitur. “Naik atau turun, tentunya pengambil kebijakan yang lebih tahu kondisi dan untuk mengantisipasinya,” kata Gunawan.