Bisnis.com, BOGOR - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membidik peningkatan volume transaksi hedging atau lindung nilai hingga sepuluh kali lipat, didorong oleh transaksi hedging dari PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
A Bimo Notowidigdo, EVP Head of Treasury BNI, mengatakan BNI tengah melakukan penjajakan dengan dua perusahaan pelat merah tersebut. "(Kebutuhannya) Beda-beda, PLN ada kewajiban valas, ada arus kas, dia punya risiko nilai tukar dan suku bunga, jelasnya di Hotel Lorin Sentul, Sabtu malam (24/1/2015).
Sebagaimana diketahui, transaksi lindung nilai merupakan cara untuk mengurangi risiko yang timbul maupun akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan. Risiko ini bisa mencakup risiko nilai tukar maupun risiko suku bunga.
Bimo mencontohkan, industri penerbangan terbilang rentan menghadapi risiko nilai tukar karena pengeluaran perusahaan dalam denominasi valuta asing sedangkan pendaptan dalam denominasi rupiah.
Hingga saat ini, PT Garuda Indonesia Tbk menjadi satu-satunya nasabah yang melakukan transaksi hedging dengan BNI. Bimo menyebut, jenis transaksi yang dilakukan Garuda adalah Cross Currency Swap.
Transaksi ini diteken dua kali, pertama pada Juni 2014 senilai Rp500 miliar. Kedua pada bulan ini senilai Rp1 triliun.
Bimo mengatakan volume transaksi hedging BNI akan melonjak jika tercapai kesepakatan dengan Pertamina dan PLN. "(Volume Transaksi) Naik lebih lagi," tukasnya.
Pada tahun lalu, transaksi hedging BNI naik lima kali lipat dibandingkan 2013. Adapun, BNI mulai menggarap bisnis ini sejak 2012.
Selain BUMN, BNI juga melayani transaksi hedging perusahaan swasta, baik dari segmen korporasi maupun komersial. Dari transaksi ini, BNI mendapatkan pendapatan non bunga (fee based income). "(Fee based dari transaksi heding) Lumayan lah, tapi (kontribusinya) belum sampai 50% (terhadap total fee based income)," ujarnya.