Bisnis.com,JAKARTA--Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di sektor infrastruktur diprediksi menurun dibanding tahun lalu. Kondisi ekonomi Indonesia yang membaik menjadi alasannya.
Direktur Riset Kenta Institute Eric Sugandi mengatakan wajar bila industri perbankan, terutama BUMN, tahun ini mengandalkan infrastruktur sebagai target penyaluran kredit. Alasan paling utama adalah program pemerintah yang memang ingin menggenjot pembangunan infrastruktur.
"Jadi memang ada alasan politis juga," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (29/2/2016).
Selain itu pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi akan lebih baik yang didukung oleh semakin menguatnya nilai tukar rupiah dan harga minyak yang rendah.
Oleh karena itu Eric memprediksi NPL di sektor ini tidak setinggi tahun lalu. Bahkan bila kondisi ekonomi mendukung NPL justru bisa menurun.
"Saya malah melihatnya NPL tidak jauh berbeda dengan tahun lalu atau bahkan bisa turun," tambahnya.
Namun Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mewanti-wanti bank untuk tetap berhati-hati. Sebab meskipun menjanjikan, penyaluran kredit bank tetap harus diperhitungkan.
"Saya pikir kalau NPL dibawah 5% masih normal. Tapi tetap saja bank harus hati-hati menyalurkan kredit," katanya.
Sejumlah bank tahun ini memang memberikan porsi besar untuk penyaluran kredit infrastruktur utamanya proyek konstruksi yang dicanangkan oleh pemerintah.
Seperti baru-baru ini tiga bank BUMN yakni BNI, BRI dan Mandiri menyalurkan kredit sindikasi sebesar Rp2,1 triliun kepada PT Angkasa Pura II. Kredit sindikasi ini disalurkan dalam rangka pembangunan Bandara Soekarno-Hatta Terminal 3 Ultimate.