Bisnis.com, JAKARTA — Efisiensi biaya distribusi uang yang dapat diperoleh dari penggunaan mata uang digital bank sentral agaknya belum tentu terjadi.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Anton Gunawan mengatakan, seberapa besar efisiensi yang dihasilkan sangat tergantung seberapa masif pemakaiannya. Dengan kata lain, hal ini amat terkait dengan penerimaan masyarakat secara umum.
“Kalau bicara efisiensi maka bicara, masif tidaknya penggunaan mata uang digital ini. Karena, semakin banyak yang menggunakan maka biayanya semakin turun,” ucapnya kepada Bisnis, Minggu (11/2/2018).
Anton mengakui kendati memiliki potensi efisiensi biaya distribusi yang lebih besar, tetap saja mata uang digital membutuhkan investasi tak sedikit. Tapi, apabila penerimaan masyarakat terhadap mata uang ini bagus maka seiring waktu ongkosnya relatif lebih hemat.
“Investasi untuk bikin sistem mata uang digital termasuk mahal. Tapi itu tadi, besarnya saat start di awal,” tutur dia.
Teknologi blockchain mencakup produknya, dalam hal ini mata uang digital, tengah menjadi perbincangan. Hal ini terkait penerapannya di Tanah Air dengan mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas di dalam sistem pembayaran.
Anton menuturkan bahwa mata uang digital memang dapat menurunkan biaya transaksi apalagi di daerah remote. Distribusi uang fisik, kertas dan logam, ke wilayah terpencil tidaklah mudah karena keterbatasan infrastruktur.
Kemudahan transaksi uang dipengaruhi bentuk dan mediumnya. Apabila wujudnya berupa kartu uang elektronik maka tinggal tapping pada EDC. Jika bentuknya mirip uang elektronik berbasis server, transaksinya bisa menggunakan ponsel dengan medium kode QR atau SMS.