Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk menargetkan untuk menjaga posisi rasio kredit bermasalah [non performing loan/NPL] tahun ini di level 1,51%.
Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan mengatakan bahwa besaran target level rasio kredit bermasalah tersebut sesuai dengan pencapaian perseroan pada penghujung 2017 yang mampu turun 18 basis point dibanding tahun sebelumnya 1,53%.
"Tingkat NPL 2017 kembali berhasil diturunkan menjadi sebesar 1,51%. Turun sebesar 18 basis point dibandingkan tahun sebelumnya. Dan tahun ini kami akan jaga di level tersebut," ujarnya, saat ditemui di Jakarta.
Menurutnya membaiknya NPL tersebut juga seiring telah dibentuknya divisi khusus di perusahaan terkait penyelamatan dan penyelesaian kredit.
"Untuk strategi penurunan NPL, kita bentuk Divisi P2K. Divisi Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit. Ini divisi khusus," ujarnya.
Ahmad menerangkan bahwa divisi khusus tersebut bertugas untuk melakukan penyelamatan atau penyelesaian terhadap debitur yang bermasalah.
"Jadi kalau dari sisi bisnis unit ekspansinya sudah menunjukkan level penurunan pada kolektibilitasnya, maka dari bisnis unit ini akan diserahkan kepada divisi P2K ini, untuk dapat segera diputuskan dilakukan penyehatan atau penyelesaian," tuturnya.
Dia menjelaskan, pada divisi khusus tersebut dalam melihat debitur berdasarkan tiga faktor utama, yakni prospek, itikad, dan agunan. "Kalau ketiga kriteria ini positif maka bisa langsung dilakukan penyehatan. Tapi kalau seandainya negatif, maka dilakukan penyelesaian melalui pengadilan sesuai aturan semestinya," ujarnya.
Bahkan, kata Ahmad, hasil dari proses penyelesaian beberapa kasus tersebut pada 2017, perusahaan bisa meraih pendapatan tambahan hingga Rp100 miliar. "Kita dapat hampir Rp100 miliar dari penjualan aset-aset yang terbengkalai kemarin itu. Jadi kalau kita bisa gali dengan sistem ini maka akan mendukung keuntungan," ujarnya
Oleh sebab itu, dengan efektifitas keberadaan Divisi P2K tersebut yang secara cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan untuk melakukan penyehatan maupun penyelesaian, maka secara sistem, rasio NPL dapat terus terjaga dengan baik.
Sementara itu, BJB menutup 2017 dengan pencapaian hasil positif yang mana berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun atau tumbuh 1,5% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba itu sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit perseroan yang mencapai sebesar Rp70,7 triliun, atau tumbuh 12% dibandingkan tahun sebelumnya Rp63,144 triliun.
"Menutup 2017, BJB berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun, tumbuh 1,5%, yang didukung oleh pertumbuhan ekspansi kredit kami di berbagai sektor," ujarnya.